EmitenNews.com—Tahun berganti seraya harapan dengan optimisme baru. Lupakan boncosmu tahun lalu, petik hikmahnya, evaluasi keputusan, jadikan sebagai pembelajaran. IHSG memang penuh dengan drama layaknya drama Korea terseok-seok perjalanan di tahun 2022, dan pada akhirnya ditutup plus 4,09%. Meskipun di akhir tahun mencatatkan kinerja positif, ada saham yang menarik sebagai penopang indeks, sekaligus ada yang di sisi lain menjadi beban pula untuk kenaikan indeks. 

 

Berikut 3 saham penopang dan saham beban bagi IHSG di tahun 2022.

Tiga Saham penopang IHSG

  1. PT Bayan Resources, Tbk (BYAN) 

Sukses menorehkan kinerja cemerlang, saham PT Bayan Resources, Tbk (BYAN) melejit 677,8% dengan sumbangan terhadap IHSG sebesar +357,1 point, membuat pemilik perusahaan yaitu Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya no 1 di Indonesia, menyalip Hartono Bersaudara. Berdasarkan Real-Time Billionaires List di Forbes, hartanya mencapai $29,2 Billion USD atau setara Rp 454,28 triliun (kurs Rp15.557 per dolar AS). Melonjaknya harga saham BYAN merupakan dampak besar akibat lonjakan harga komoditas dunia yaitu batu bara.

 

  1. PT Bank Mandiri, Tbk (BMRI)

Performa harga Bank Mandiri, Tbk (BMRI) selama setahun penuh di 2022 meningkat sebesar 41,3% dengan sumbangan +129,6 efek point ke IHSG. Tentu hal ini didukung dengan fundamental BMRI yang kuat dan kondisi kenaikan suku bunga, mendongkrak pertumbuhan laba hingga kuartal III 2022 yaitu sebesar Rp 30,7 triliun, dimana laba bersih meningkat 59,4% year-on-year (YoY).

 

  1. PT Bank Central Asia, Tbk (BBCA)

Posisi ketiga masih dihinggapi sektor perbankan yakni Bank Central Asia, Tbk (BBCA). Sama halnya dengan BMRI di mana laba bersih BBCA sebesar Rp 31,8 triliun tumbuh 18 persen secara tahunan, membuat harga sahamnya melejit 17,1 persen secara year to date (YTD), dan jika dikonversi efeknya ke IHSG maka BBCA menyumbang +129,3 point.

 

Tiga saham beban IHSG

  1. PT GoTo Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO)

Posisi pertama sebagai saham yang paling membebani IHSG adalah PT GoTo Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO). Sukses menorehkan IPO terbesar di tahun 2022 malah menjadi momok besar bagi investor ritel. Pasalnya sejak dibuka periode lock-up pada tanggal 30 November 2022, saham GOTO terus longsor, tercatat kinerja saham secara year-to-date (YTD) sebesar -73,1 persen atau sumbangan point terhadap IHSG berkurang sebesar minus 447,5.

 

  1. PT Bank Jago, Tbk (ARTO)

Kedua adalah PT Bank Jago, Tbk (ARTO), perusahaan milik Jerry Ng. Selama periode kuartal I hingga III 2022 mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 41 milliar. Jago Karim Siregar selaku Direktur Utama mengatakan, kinerja yang terjalin antar berbagai mitra seperti fintech lending, multifinance dan institusi keuangan lainnya membuat penyaluran kredit dan pembiayaan syariah bertumbuh. Akan tetapi tidak berjalan lurus dengan harga saham yang menunjukan kinerja negative year-to-date (YTD) -76,8%, dengan sumbangan efek terhadap IHSG sebesar minus 122,5 point.

 

  1. PT Telkom Indonesia, Tbk (TLKM)

Posisi ke tiga ditempati PT Telkom Indonesia, Tbk (TLKM) yang menunjukan rapor merah kinerja saham sepanjang 2022 secara year-to-date yakni minus 7,2% atau sebesar 50,4 point efek ke IHSG. Meskipun laporan keuangan hingga kuartal III membukukan laba bersih sebesar Rp 16,5 triliun, tidak dapat mendongkrak harga saham, ini dikarenakan investasi besar-besaran di saham GOTO berdampak dengan kinerja sahamnya. Nilai kerugian investasi TLKM di GOTO mencapai Rp 3,06 triliun per 30 September 2022.