EmitenNews.com - Kementerian BUMN bakal membubarkan tujuh  perusahaan pelat merah. Pasalnya, perusahaan negara itu, sudah lama tidak beroperasi meski masih memiliki pekerja. ”Sudah lama tidak beroperasi. Tidak benar pemimpin tanpa memberi kepastian,” tutur Menteri BUMN Erick Thohir, Kamis (23/9).


Namun, Erick belum memberikan penjelasan terperinci mengenai waktu pembubaran ketujuh BUMN tersebut. Berikut profil perusahaan akan dibubarkan. Pertama, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). Maskapai penerbangan nasional ini, berdiri pada 6 September 1962. Berkantor pusat di Surabaya, Merpati memiliki 39 armada dengan 84 tujuan dalam negeri.


Merpati pernah memiliki catatan merah dalam penerbangan seperti terperosoknya pesawat jenis MA-60 di Bandar Udara Haji Asan Sampit pada 2012, kecelakaan di Bandara El Tari Kupang pada 2013, hingga jatuhnya Xian MA60X ke laut pada 7 Mei 2011.


PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sempat memberikan dana restrukturisasi hingga Rp663,99 miliar. Sejak itu, Merpati sempat berhenti beroperasi pada 2014, dan dikabarkan kembali mengudara pada 2019. Hingga akhirnya, perusahaan akan dibubarkan pemerintah.


Kedua, PT Industri Gelas (Persero) atau Iglas. Perusahaan ini berdiri pada 29 Oktober 1956, bergerak bidang pembuatan kemasan gelas. PPA sudah mengucurkan dana talangan Rp49,96 miliar, dan pinjaman dana restrukturisasi Rp89,08 miliar. Sebelum dibubarkan, Industri Gelas telah membayar hak 429 eks karyawan, Senin (13/9). 


Ketiga, PT Istaka Karya (Persero). Perusahaan bergerak bidang konstruksi konsorsium, dan berdiri pada 1979. Sebelumnya, Istaka bernama Indonesian Consortium of Construction Industries (PT ICCI). Pernah membangun sejumlah infrastruktur seperti rumah sakit, jalan lintas, gedung perkantoran, flyover, hingga bendungan. Anahnya, perusahaan tidak membayar gaji karyawan setahun lebih. PPA memberi dana talangan senilai Rp62,44 miliar, namun belum ada kejelasan.


Keempat, PT Kertas Kraft Aceh (KKA). Perusahaan berdiri pada 1983 dengan fokus produksi kertas kantong semen. Pemerintah mengandalkan KKA untuk menciptakan swasembada kertas kantong dalam negeri. KKA harus disuntik PPA dengan dana talangan Rp51,34 miliar, dan pinjaman dana restrukturisasi Rp141,61 miliar. Hingga saat ini belum ada kelanjutan pembenahan.


Kelima, PT Industri Sandang Nusantara (ISN). ISN berdiri pada 1961 untuk memenuhi kebutuhan sandang di Indonesia. Perusahaan fokus pada produksi pemintalan benang dan pertenunan nasional yang memproduksi benang hingga garment. Perusahaan ini malah menjadi pasien PPA dengan suntikan dana Rp26 miliar untuk kelangsungan usaha.


Keenam, PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (PANN). Berdiri pada 1974 sebagai wahana menyelenggarakan program investasi kapal niaga nasional. PANN juga pernah berkecimpung di usaha perhotelan sehingga. Bobroknya, PANN disebut hanya memiliki tujuh pegawai, dari direksi sampai komisaris.


Ketujuh, PT Kertas Leces. Pabrik ini berada di Leces, Probolinggo, Jawa Timur (Jatim). Bergerak bidang produksi kertas. Berdiri pada 1939, menjadi pabrik tertua kedua di Indonesia setelah Kertas Padalarang. Pada 1940 Leces memproduksi 10 ton kertas per hari, dan menghasilkan kertas print yang memproses bahan baku jerami. Pernah mendapat suntikan dana talangan dari PPA senilai Rp38,5 miliar. Namun, perusahaan belum ada kejelasan. (*)