EmitenNews.com - Bank Indonesia terus berupaya menurunkan ekspektasi inflasi dan menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan, deposit facility dan lending facility sebesar 50 basis poin sebagai langkah front loaded, pre-emptive dan forward looking.


Dalam keterangannya usah memimpin Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (17/11), Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan pihkanya juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi.


Di antaranya memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga acuan untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya lebih awal.


Kemudian memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dengan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.


Upaya lainnya, melanjutkan penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan bunga acuan dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah.


Kemudian menerbitkan instrumen sukuk Bank Indonesia (SukBI) yang menggunakan underlying berupa surat berharga pembiayaan inklusif (SukBI inklusif) dan diakui sebagai Surat Berharga Pembiayaan Inklusif (SBPI), sejalan dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus mendukung pembiayaan inklusif serta pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.


Juga melanjutkan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit dengan melakukan pendalaman asesmen terkait respons suku bunga perbankan terhadap suku bunga kebijakan (Lampiran).


"BI juga terus mendorong penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan melanjutkan pengembangan fitur serta layanan QRIS termasuk perluasan QRIS antarnegara seiring dengan telah tercapainya target 15 juta pengguna baru QRIS pada Oktober 2022," sambung Perry.


Upaya lainnya adalah mendorong inovasi sistem pembayaran termasuk melanjutkan akseptasi BI-FAST kepada masyarakat melalui perluasan kepesertaan dan kanal layanan serta terus melanjutkan komunikasi publik secara berkala.(fj)