EmitenNews.com - Debut perdana perdagangan saham PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) memang tidak langsung auto rejection atas (ARA). Namun, peluang untuk menuju puncak itu, belum tertutup. Perlahan saham GoTo terus menanjak.


Tepat puku 09.38 WIB, saham GoTo terbang 14,8 persen atau 50 poin menjadi Rp388 per lembar. Saham GoTo berayun di k?saran terendah Rp372, tertinggi Rp416, dan rata-rata berderap di level Rp390 per lembar.


Sepanjang itu, saham GoTo ditransaksikan 58 juta lot senilai Rp2,28 triliun. GoTo dibekali dengan nilai kapitalisasi pasar sejumlah Rp459,53 triliun. Sebelumnya, sesaat bel dibunyikan, saham GoTo naik 12,43 persen menjadi Rp380 per lembar. 


Saham GoTo bergerak di kisaran Rp372-416 per lembar. Saham GoTo ditransaksikan dengan volume 2,03 miliar lembar senilai Rp803,8 miliar, dengan fekuensi 37.309 kali. GoTo memiliki kapitalisasi pasar Rp485,5 triliun.


Sekadar informasi, saham GoTo dibanderol Rp338 per lembar dengan nominal Rp1 per saham. GoTo mencatatkan 1.184.363.929.502 alias 1,18 triliun lembar. Itu terdiri dari saham pendiri seri A sebanyak 1,08 triliun lembar. Saham treasuri seri A sejumlah 10,26 miliar lembar. Saham pendiri seri B setara 50,57 miliar lembar. Penawaran umum kepada masyarakat seri A sebanyak 40,61 miliar lembar.


Dengan melakukan penjatahan lebih sampai dengan 15 persen dari saham yang ditawarkan maksimal 6.092.258.400 saham seri A dari saham treasuri, GoTo jadinya menjajakan saham perdana maksimum 46,70 miliar lembar. Merujuk skema harga Rp338 per saham, GoTo akan mengantongi dana initial public offering (IPO) senilai Rp15,78 triliun. Dengan raihan dana itu, GoTo menjelma sebagai IPO terbesar ketiga Asia, dan kelima dunia sepanjang 2022.


Nah, per 11 April 2022, saham free float GoTo menjadi 781.657.936.056 atau 781,65 miliar lembar setara 66 persen. Itu meliputi saham lock-up selama delapan bulan sebanyak 741,04 miliar lembar atau 62,57 persen, dan saham non-lock-up 40,61 miliar lembar atau 3,43 persen. 


GoTo bersama penjamin emisi efek (PEE) berencana melakukan stabilisasi harga dengan menerapkan opsi penjatahan lebih, yang bukan merupakan bagian dari penyesuaian kelebihan pemesanan saham penjatahan terpusat sebagaimana diatur dalam POJK No. 41/2020 dan SEOJK No. 15/2020. Pelaksanaan opsi penjatahan lebih hanya dapat dilakukan dalam hal jumlah pemesanan saham melebihi jumlah saham yang ditawarkan kepada masyarakat. 


Opsi penjatahan lebih akan memberi hak kepada penjamin emisi efek, yang merupakan penjamin pelaksana emisi efek, untuk melakukan penjatahan lebih sampai 15 persen dari saham yang ditawarkan atau maksimal 6.092.258.400 atau 6,09 miliar saham seri A dari saham treasuri perseroan pada harga penawaran. Dengan demikian, jumlah saham free float setelah selesainya stabilisasi harga dalam hal seluruh alokasi penjatahan lebih itu, dilaksanakan menjadi 787.750.194.456 alias 787,75 miliar saham setara 66,51 persen. 


Di lain sisi, penawaran saham perdana GoTo mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 15,7 kali. Jumlah investor berpartisipasi juga mencetak rekor yaitu lebih 299 ribu single investor identification (SID), mayoritas investor ritel. Kala IPO Bukalapak (BUKA), jumlah pemesanan mencapai 100 ribu SID, dengan kelebihan permintaan hingga 8,7 kali.


”Capaian itu, menunjukkan ketertarikan luar biasa publik terhadap bisnis model, dan prospek GoTo. Rekor baru berhasil tercipta. Ini sebuah momen bersejarah, dan menjadi katalisator positif bagi pasar modal Indonesia,” tutur Moleonoto The, CEO Indo Premier Sekuritas sebagai salah satu underwriter IPO GoTo.


Merespons kelebihan permintaan saham IPO GoTo tersebut analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) Andhika Cipta Labora menyebut fenomena itu pertanda investor optimistis dengan prospek GoTo ke depan. Selain itu, manajemen GoTo telah menjelaskan kinerja  perusahaan masih merugi.


Menyusul perkembangan terakhir itu, memamerkan dengan sangat jelas investor lebih tertarik dengan masa depan bisnis GoTo, dibanding masa lalunya. ”Saham GoTo sangat prospektif dengan dukungan ekosistem luas terbentuk dari Gojek, GoPay, Tokopedia, GoTo Financial, dan Bank Jago. Ekosistem itu, telah memiliki posisi cukup mapan dalam persaingan sektor masing-masing. Investor lebih mencermati basis kekuatan ini,” tukas Andhika. (*)