Tiru Malaysia, Produk Unggulan Indonesia Ini Bidik Bebas Tarif dari AS
Ilustrasi tandan buah sawit. Dok. Gapki.
EmitenNews.com - Keberhasilan Malaysia dalam mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat mengilhami Indonesia. RI membidik hasil negosiasi dengan Amerika Serikat dapat mengurangi tarif terhadap minyak sawit hingga 0 persen, persis yang disepakati antara Amerika Serikat dengan Malaysia.
“Negosiasi tarif sawit masih dalam proses. Mudah-mudahan dalam diskusi-diskusi, paling tidak kita bisa sama dengan Malaysia,” ucap Pelaksana tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika ketika di sela pembukaan Pameran Industri Agro yang digelar di Kantor Kementerian Perindustrian Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Malaysia berhasil memperjuangkan pengurangan tarif impor ke Amerika Serikat. Sebelumnya 25 persen menjadi 19 persen sebagaimana ditetapkan dalam kesepakatan tarif resiprokal dengan AS yang baru ditandatangani.
Kini, Amerika membebaskan produk-produk unggulan Malaysia, seperti minyak sawit, produk karet, produk kayu, komponen penerbangan, dan produk farmasi, dari tarif 19 persen. Itu berarti Paman Sam memberikan negeri jiran tersebut, menjadi 0 persen atau bebas tarif dagang.
Indonesia berharap mendapatkan hasil negosiasi yang serupa Malaysia dari Amerika Serikat.
Dengan tarif 0 persen untuk produk sawit Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat, Indonesia bisa menempati posisi persaingan yang setara dengan Malaysia di pasar Amerika Serikat.
“Kalau kita bisa sama dengan Malaysia mendapat tarif 0 persen, kita akan di flying field yang sama untuk melakukan ekspor ke AS,” ujar Putu.
Pada Selasa (30/9/2025), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Pemerintah Indonesia masih bernegosiasi terkait keputusan final tarif impor Presiden AS Donald Trump.
Dalam perundingan tersebut, Pemerintah Indonesia menargetkan agar sejumlah komoditas unggulan terbebas dari tarif impor 19 persen yang diberlakukan Paman Trump itu.
Sejumlah komoditas yang dimaksud Menko Airlangga itu, seperti kelapa sawit, karet dan kakao, menjadi prioritas utama dalam negosiasi.
Menurut Airlangga, pihaknya segera berkomunikasi dengan pihak Kantor Perwakilan Dagang AS atau United States Trade Representative (USTR) untuk meminta kejelasan terkait kelanjutan negosiasi.
Kita tunggu saja hasil perundingan tersebut, dengan hasil maksimal. Kalau Malaysia bisa melobi sampai mendapat pembebasan tarif dari Amerika, masak Indonesia tidak bisa. Kita tunggu saja.
Setelah CEPA pelaku usaha dapat tarif 0 persen ekspor ke Uni Eropa
Sementara itu, Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut pelaku usaha dipastikan mendapat tarif 0 persen untuk melakukan ekspor ke Uni Eropa dan Kanada setelah penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA).
Dalam keterangannya Senin (29/9/2025), Mendag Budi Santoso menyampaikan tarif 0 persen tersebut langsung tertera pada Surat Keterangan Asal (SKA) atau dokumen sertifikasi. Bagusnya lagi, eksportir asal Indonesia juga tidak perlu mengurus secara manual, lantaran sudah otomatis masuk dalam sistem.
"SKA preferensi itu nanti otomatis. Jadi ketika bapak/ibu mau ekspor baja ke Kanada, itu tidak ada pilihan lain. By sistem, jadi kita yang akan mengubah sistem, pokoknya tahunya dapat tarif yang paling rendah," kata Budi Santoso.
Mendag Budi menjelaskan, reformasi administrasi penting untuk dilakukan lantaran utilisasi perjanjian dagang Indonesia masih berada di angka 60-70 persen, sedangkan perjanjian yang dimiliki sudah berjumlah 20 perjanjian yang berjalan, 10 dalam tahap ratifikasi, dan 16 lainnya dalam proses.
Related News
Kasus Pemerasan TKA di Kemnaker, KPK Tetapkan Eks Sekjen Tersangka
Soal Multitafsir Perlindungan Wartawan, Ini Penjelasan Dewan Pers
Investasi Industri Agro Capai Rp85T, Serap Tenaga Kerja 9,8 Juta
Presiden Ikut Musnahkan Barang Bukti 214 Ton Narkoba Senilai Rp29T
Dalam Setahun, KKP Selamatkan Potensi Kerugian Negara Rp6,79 Triliun
Presiden Prabowo: Kita Wajib Memastikan Rakyat Hidup Layak





