EmitenNews.com - PT Transkon Jaya (TRJA) memisahkan (spin off) anak usaha bidang penyedia jasa internet. Berdasar rencana, Transkon Jaya akan mengaveling 90 persen saham usaha hasil spin off, 5 persen milik PT Damai Investama Sukses (DIS), dan 5 persen milik PT MSJ Investama Abadi (MSJ).

 

DIS memiliki 45,10 persen saham Transkon Jaya, MSJ menguasai 30,07 persen saham Transkon Jaya, dan sisa 24,83 persen milik publik. Nah, untuk memuluskan rencana itu, Transkon Jaya bakal menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa untuk meminta restu pemisahan segmen usaha internet service provider (ISP) tersebut.

 

Berdasar skenario, rapat akan dilaksanakan pada Jumat, 25 Februari 2022, di Balikpapan. Mata acara rapat yaitu persetujuan atas pemisahan segmen usaha internet service provider dengan melakukan pemisahan aktiva dengan membentuk anak usaha dengan kepemilikan saham 90 persen yang akan menerima pemisahan segmen usaha internet service provider.


Untuk memenuhi Peraturan yang berlaku terkait pengajuan Perubahan Kegiatan Usaha, Pemisahan Segmen Usaha, dan Pendirian Entitas Anak, Perseroan telah menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik (“KJPP”) Ihot, Dollar & Raymond (“ID&R”) sebagai Penilai Independen yang terdaftar pada OJK yang bertugas melakukan Studi Kelayakan atas Perubahan Kegiatan Usaha Perseroan dan Laporan Penilai atas Rencana Transaksi Afiliasi atas Pendirian Entitas Anak Perseroan.


Dalam melaksanakan penugasan tersebut, ID&R melakukan analisa kelayakan penambahan kegiatan usaha Perseroan yang didasarkan pada proyeksi keuangan Perseroan selama 5 tahun sehubungan dengan Rencana Menjadi Perusahaan Induk. Untuk mengevaluasi kelayakan investasi pada Rencana Menjadi Perusahaan Induk digunakan 3 (tiga) indikator yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI), yang didasarkan pada nilai kini arus kas bersih yang diproyeksikan hingga tahun 2026. Penggunaan NPV berarti mengukur nilai kini dari pengeluaran investasi dan manfaat bisnis yang digambarkan oleh proyeksi manfaat netto.


Berdasarkan hasil kajian dan analisa yang telah dilakukan terhadap seluruh aspek yang terkait dalam rangka menentukan kelayakan usaha, kami berpendapat bahwa Rencana Menjadi Perusahaan Induk yang akan dilakukan oleh Perseroan dinilai “layak”.

 

Menyusul pemisahan segmen usaha dengan membentuk entitas anak, Transkon Jaya berusaha melakukan diversifikasi, dan pengembangan bisnis lebih besar. Itu tersebab makin berinovasinya segmen industri customer, dan makin luasnya jangkauan pangsa pasar bisnis penyedia layanan jaringan internet.

 

Dengan begitu, peningkatan pendapatan bisnis tidak akan terpusat hanya pada satu segmen usaha melainkan entitas anak yang akan dikelola lebih fokus, dan mandiri. Segmen usaha internet service provider, meski di tengah tantangan pandemi Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) mampu eksis hingga pada akhir 2021 dapat memperluas jangkauan customer lebih besar.

 

Tepatnya, pada perusahaan-perusahaan di daerah belum mendapat akses jaringan internet seluruh wilayah Indonesia termasuk Sulawesi. Sejauh ini, Transkon Jaya berhasil mengembangkan jaringan mulai dari Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Tengah. Spin off ISP dengan membentuk entitas anak, dapat memperkuat, dan mendorong peningkatan prospek pendapatan. 

 

Sejatinya, bisnis penyedia jaringan internet telah dilakoni Transkon Jaya sejak 2011. Mengusung brand PACNet, Transkon Jaya tampil sebagai penyedia layanan jaringan internet fokus wilayah terpencil khususnya Kalimantan, dan Indonesia Timur menyasar perusahaan perkebunan, dan perumahan.