EmitenNews.com - Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel (MTEL) akan melakukan debut di Bursa Efek Indonesia (BEI) besok, Senin (22/11). Anak usaha Telkom (TLKM) itu, akan nangkring di papan utama perdagangan. Melepas 23,49 miliar lembar, perseroan akan meraup dana Rp18,8 triliun.


Hasil itu, menahbiskan Mitrarel sebagai kolektor dana IPO terbesar kedua setelah Bukalapak.com (BUKA) yang listing pada 6 Agustus 2021. Jumlah saham yang dicatatkan Mitratel terdiri dari 83,51 miliar saham. Meliputi saham pendiri 60,02 miliar saham, penawaran umum kepada masyarakat 23,46 miliar lembar, dan program kepemilikan saham pegawai 25 juta lembar. 


Sehubungan dengan pemenuhan peraturan OJK No. 25/2017 mengenai pembatasan atas saham yang diterbitkan sebelum penawaran umum, Telkom selaku para pemegang saham perseroan tidak akan mengalihkan sebagian atau seluruh saham yang dimiliki dalam tempo delapan bulan setelah pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum perdana saham perseroan menjadi efektif.


Perseroan melaksanakan program pemberian saham penghargaan dalam program employee stock allocation (ESA) maksimal 25 juta saham atau 0,11 persen dari total saham IPO yang memiliki lock-up period selama tiga bulan terhitung sejak tanggal pencatatan saham di BEI. 


Berdasar surat keputusan direksi perseroan No. SK.31/UM000/JDMT-10000000/2021 tanggal 21 September 2021 tentang program ESA, dan hak opsi pembelian saham dalam program Management and Employee Stock Option Plan (MESOP), Mitratel mengadakan program MESOP maksimum 112 juta lembar atau 0,13 persen dari total modal ditempatkan, dan disetor setelah IPO, dan implementasi program ESA. 


Berdasar skenario, Mitratel akan menggunakan 90 persen dana hasil IPO untuk belanja modal. Di mana, 44 persen untuk belanja modal organik. Misalnya, mengembangkan dan memperluas hubungan dengan pelanggan mencakup berbagai pengeluaran. Belanja modal termasuk penguatan, dan penambahan menara.


Membangun menara, dan menambah site untuk pesanan build to suite bagi berbagai operator. Berekspansi ke layanan teknologi agar bisa bersinergi dengan bisnis penyewaan menara. Menggunakan 56 persen untuk belanja modal anorganik. Tepatnya, Mitratel akan mengakuisisi menara operator telekomunikasi terkemuka.


Selain itu, perseroan juga berencana mengakuisisi produk, dan layanan teknologi strategis bisa bersinergi dengan bisnis penyewaan menara. Kemudian, sisa 10 persen dari hasil penawaran umum, untuk kebutuhan modal kerja lain. Misalnya, peningkatan sistem teknologi informasi. (*)