Wall Street Rebound, IHSG Cenderung Melemah
Petugas kebersihan menyisir teras depan area Bursa Efek Indonesia. FOTO - ISTIMEWAi
EmitenNews.com - Indeks bursa Wall Street ditutup menguat. Itu setelah pada akhir pekan lalu mengalami koreksi cukup dalam seiring pelemahan data nonfarm payroll, dan perkembangan terbaru mengenai kebijakan pengenaan tarif impor.
Pekan ini, perhatian investor tertuju pada kemajuan perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta laporan keuangan untuk kuartal kedua dari emiten teknologi besar seperti Palantir & AMD. Menteri Keuangan Amerika Scott Bessent berkeyakinan Amerika dan China akan mencapai kesepakatan dagang.
Itu akan terjadi sebelum batas akhir penundaaan pemberlakuan tarif impor pada 12 Agustus mendatang. Keyakinan itu, muncul setelah sebelumnya melakukan pertemuan dengan pihak perwakilan China di Stockhlom, Swedia.
Penguatan indeks bursa Wall Street, dan penguatan harga emas berlanjut diprediksia menjadi sentimen positif pasar. Sementara itu aksi jual investor asing, potensi lebih pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2025 lebih rendah menurut konsensus akan tumbuh 2,80 persen yoy dari periode sama tahun lalu 2,87 persen yoy.
Spekulasi kemungkinan kecil saham group PP masuk indeks MSCI berpeluang menjadi sentimen negatif untuk indeks harga saham gabungan (IHSG). So, indeks diprediksi bergerak bervariasi cenderung melemah. Sepanjang perdagangan hari ini, Selasa, 5 Agustus 2025 dengan kisaran support 7.380-7.295, dan resistance 7.550-7.635.
Berdasar data itu, Retail Research CGS International Sekuritas Indonesia menyarankan investor untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Adaro Mineral (ADMR), Vale Indonesia (INCO), SmartXL (EXCL), United Tractors (UNTR), Astra International (ASII), dan Alamtri (ADRO). (*)
Related News
Sempat Alami Penyesuaian, Penyerapan Anggaran PU Mulai Meningkat
Setahun Prabowo, BTN Terdepan Bantu Rakyat Miliki Rumah Impian
IHSG Tancap Gas 1,36 Persen, Ini Biang Kenaikannya
Mentan Dorong Produksi Daging dari Dalam Negeri
IHSG Menguat 1,16 Persen di Sesi I, Sektor Ini Pendorongnya
Industri Kreatif Harus Mampu Hasilkan Produk Inovatif





