EmitenNews.com - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menegaskan bahwa utang merupakan instrumen penting dalam pembiayaan anggaran, khususnya ketika belanja negara lebih besar dari pendapatan. Menurutnya, defisit anggaran bukanlah tanda kondisi fiskal yang tidak sehat selama pengelolaan utang dilakukan secara hati-hati, produktif, dan berkelanjutan.

“Mengapa ada defisit? Karena belanja lebih besar dari pendapatan. Tapi itu aman atau nggak? Aman, selama utangnya dikelola dengan rapi, produktif, dia sustainable, diperhatikan, bagaimana pasar utangnya, bagaimana pasar SBN-nya, bagaimana instrumen SBN-nya mendapatkan confidence dari para investor atau tidak,” ungkap Wamenkeu Suahasil dalam Program Kompas Bisnis, Selasa (21/10).

Wamenkeu menyampaikan bahwa rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini berada di kisaran 39–40%, jauh di bawah batas maksimum 60% yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang Keuangan Negara. Pemerintah memastikan pengelolaan utang dilakukan secara kredibel untuk menjaga kepercayaan pasar.

“Ruang itu ada. Tapi kalau ruang ada kan bukan berarti terus kita menuju sana aja. Nggak juga. Ini adalah pengelolaan yang sangat hati-hati dilakukan oleh negara ,” jelas Wamenkeu.

Lebih lanjut, Wamenkeu menjelaskan bahwa kunci menjaga stabilitas utang negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pengelolaan instrumen utang yang baik. Tren penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) juga menjadi sinyal positif. Yield seri benchmark 10 tahun sempat berada di bawah 6%, mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap pengelolaan fiskal Indonesia.

Pemerintah juga menargetkan defisit anggaran tahun 2025 tetap terkendali di level 2,78% terhadap PDB. Proyeksi ini mencerminkan upaya menjaga kredibilitas fiskal dengan tetap memperkuat belanja negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.(*)