EmitenNews.com - Social engineering menjadi salah satu modus penipuan marak belakangan. Pelaku menyamar menjadi pihak resmi jasa keuangan atau ecommerce, dan menjebak korban untuk memberi data pribadi, data akun, dan data finansial. Selanjutnya, pelaku menguras isi rekening korban dengan waktu kurang dari lima menit.


”Masyarakat jangan menghiraukan pesan yang menyaru sebagai pihak bank, padahal sejatinya komplotan jahat yang ingin menguras rekening,” tutur Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho, Jumat (17/6).


Aji menambahkan masyarakat pengguna dompet, dan bank digital harus mengetahui prinsip keamanan digital. Itu penting supaya tidak menjadi korban kejahatan. Misalnya, pengambilalihan rekening melalui phising, dan social engineering. ”Ketika ragu, pastikan menanyakan langsung kepada pihak bank baik kantor cabang, melalui hotline resmi, atau mengirim pesan melalui akun media sosial resmi bank bercentang biru,” saran Aji.


Merujuk postingan Instagram Otoritas Jasa Keuangan (OJK) @ojkindonesia, pelaku kejahatan social engineering biasanya mengincar data-data macam username, password, nomor kartu kredit atau debit, kode PIN ATM, dan kode OTP. Berikut modus begal rekening patut diwaspadai.


Pertama, info perubahan tarif transfer. Di mana, penipu berpura-pura sebagai pegawai bank, dan menyampaikan informasi perubahan tarif transfer bank kepada korban. Selanjutnya, penipu meminta korban mengisi link formulir yang meminta data pribadi seperti PIN, OTP, dan password.


Kedua, tawaran menjadi nasabah prioritas. Penipu menawarkan jasa upgrade menjadi nasabah BCA Solitaire dan Prioritas melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, atau Whatsapp. Nasabah  tertarik terhadap tawaran tersebut lantaran promosi cukup menggiurkan berupa rendahnya ketentuan minimal tabungan harus dimiliki nasabah bank reguler untuk meningkatkan tabungan menjadi Prioritas maupun Solitaire, salah satunya hanya Rp10 juta.


Ketiga, akun layanan konsumen palsu. Akun media sosial palsu mengatasnamakan bank, biasanya muncul kala ada nasabah menyampaikan keluhan terkait layanan perbankan. Selanjutnya, pelaku akan menawarkan bantuan untuk menyelesaikan keluhan dengan mengarahkan ke website palsu pelaku atau meminta nasabah memberikan data pribadi.


Keempat, tawaran Menjadi agen laku pandai. Saat ini, juga ada akun sosial media menawarkan menjadi agen laku pandai bank tanpa persyaratan rumit. Pelaku akan meminta korban mentransfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin electronic data capture (EDC). (*)