EmitenNews.com -Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) pada pengujung tahun ini diperkirakan bakal melanjutkan proses kenaikan alias Santa Claus Rally yang ditopang oleh aksi mempercantik portofolio (window dressing) pada sejumlah saham blue chips.

Kendati pada perdagangan hari ini pergerakan IHSG berbalik ke zona merah sejak awal sesi, namun pergerakan indeks tetap memiliki peluang untuk melanjutkan reli hingga tahun depan. Potensi penguatan IHSG ini terutama ditopang oleh sentimen yang terkait ekspektasi penurunan suku bunga acuan pada sejumlah bank sentral.

Menurut Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy, penguatan IHSG menjelang penutupan tahun ini didukung oleh besarnya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global, sehingga memicu iklim investasi yang positif di pasar saham maupun obligasi.

" IHSG masih memiliki potensi penguatan pasar signifikan akibat aksi mempercantik portofolio oleh investor besar (window dressing) di akhir tahun," kata Hardy dalam siaran pers yang dikirim pekan lalu.

Dia mengatakan, aksi window dressing pada sejumlah saham blue chips tersebut diyakini akan menciptakan Santa Claus Rally. "Saham-saham unggulan (blue chips) itu dinilai masih memiliki valuasi yang cukup menarik untuk kembali diakumulasi," ungkapnya.

Hardy menegaskan, saham blue chips yang berpeluang melanjutkan reli di pengujung 2023 tersebut adalah ASII, TLKM, EXCL dan AKRA. "ASII memiliki valuasi rasio harga saham per laba (P/E) yang terus turun mendekati level Maret 2020, meskipun valuasi profitabilitas keuntungan ekuitas (RoE) yang meningkat," paparnya.

Sementara itu, harga dan valuasi TLKM juga membaik dari sebelumnya yang mengalami penurunan tajam dan EXCL memiliki rasio valuasi harga saham per nilai buku (P/BV) sudah menurun ke bawah 1x.

"Menurut kami saham EXCL sudah cukup menarik, meskipun profitabilitas RoE tidak setinggi emiten lain di sektornya. Tetapi emiten ini memiliki rencana besar untuk mengonsolidasikan 750.000 pengguna jasa PT Link Net Tbk (LINK). Transaksi ini masih menunggu persetujuan regulator dan diharapkan selesai pada Kuartal I-2024," tutur Hardy.

Adapun salah satu saham blue chip yang masih lagging dan menarik adalah AKRA, dengan rasio P/E perusahaan yang cenderung stagnan, meskipun profitabilitas RoE masih terus mengalami kenaikan. Baru-baru ini, AKRA menetapkan proyeksi pertumbuhan laba bersih di 2024 sekitar 12-15 persen (y-o-y) yang ditopang oleh permintaan bahan bakar minyak (BBM) dan kimia dasar dari kawasan timur Indonesia, terutama dari industri pemurnian hasil tambang dan mineral (smelter).

Selain itu, lanjut Hardy, sejauh ini AKRA juga optimistis bahwa penjualan lahan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur akan mendukung kinerja perseroan.

Pada 2024, ungkap Hardy, sektor teknologi digital akan menjadi sektor yang prospektif bersama sektor perbankan, telekomunikasi, otomotif, logistik dan sektor lain yang terkait dengan konsumsi. "Untuk tahun depan, kami memprediksi nilai wajar IHSG berada di level 8.100 pada semester kedua, setelah pelonggaran kebijakan moneter dan kejelasan hasil pemilu pilpres putaran kedua di dalam negeri," ujar Hardy.