EmitenNews.com - Pada tahun 2020, jika tidak ada ekspor sawit dan program biodiesel B-30, maka neraca perdagangan Indonesia minus USD3,88 miliar dan tahun 2021 (sampai Oktober) minus USD3,01 miliar.


Tetapi berkat ekspor sawit dan program biodiesel B-30, neraca perdagangan Indonesia tahun 2020 plus USD21,74 miliar dan tahun 2021 (sampai Oktober) surplus USD30,81 miliar.


“Jadi, yang membuat neraca perdagangan Indonesia surplus terus sampai hari ini adalah industri sawit, bukan migas (minyak dan gas),” ungkap Direktur Eksekutif PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Intitute), Tungkot Sipayung, dikutip dari laman Agrikan.


Menurut Tungkot informasi ini perlu diungkapkan supaya Badan Pusat Statistik (BPS) melihat secara lengkap gambaran data yang disajikan kepada publik. Pasalnya bahasa yang disampaikan BPS bulan ini hanya seakan-akan ekspor pertanian mengalami penurunan.


"Ya, (ekspor produk pertanian) primer turun. Tapi (ekspor) olahannya meningkat cepat. BPS perlu melihat hal ini, supaya kelihatan jelas bahwa berkat ekspor sawit dan program biodiesel B-30, neraca perdagangan Indonesia tahun 2021 surplus," katanya dalam webinar yang diselenggarakan Majalah AGRINA dan PASPI Rabu (22/12).


Lebih lanjut Tunngkot memperkirakan neraca perdagangan Indonesia tahun 2021 surplus USD40,00 miliar. Karena sampai Oktober 2021 nilai ekspor minyak sawit Indonesia sekitar USD30,04 miliar.


“Hal ini sudah melampaui selama 111 tahun lebih sawit di Indonesia,” kata dia.


Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Agam Fatchurrochman, bahkan memperkirakan nilai ekspor sawit Indonesia 2021 sekitar USD35,00 miliar.


Yang menarik, total ekspor olahan minyak sawit mencapai 91,14%, yaitu oleokimia, biodiesel, refined palm kernel oil, dan refined palm oil. Sementara total ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit mentah (CPKO) sekitar 8,86%.


Ini menunjukkan bahwa hilirisasi industri sawit di Indonesia semakin bagus. Dampaknya, komposisi ekspor produk olahan sawit semakin meningkat dari tahun ke tahun.


Misalnya, menurut Agam, pada tahun 2019, porsi (berbasis bobot) ekspor CPO sekitar 19,80% dari total ekspor sawit Indonesia. Pada tahun 2020 porsinya sekitar 21,10%, dan tahun 2021 (sampai September) sekitar 8,70%.


“Jadi, devisa USD35,00 miliar itu benar-benar dinikmati oleh kita semua, masyarakat, perusahaan, dan bahkan pemerintah,” kata Agam.(fj)