EmitenNews.com - Pengawas Alat dan Mesin Pertanian Madya Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Kementerian Pertanian, Harsono mengungkapkan bahwa adopsi teknologi di sektor pertanian terbukti meningkatkan produktivitas hingga 30–50 persen. Selain itu menghemat tenaga kerja, mengurangi biaya operasional, dan memperbaiki kualitas hasil panen.

“Digitalisasi pertanian bahkan turut membuka akses pasar yang lebih luas bagi petani,” ujarnya pada kegiatan Focus Group Discussion Industrial Research and Development Sektor Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian di Bandung, Selasa (12/8).

Ia menambahkan, strategi percepatan modernisasi harus memanfaatkan teknologi mekanisasi untuk berbagai komoditas, mulai dari padi, jagung, kedelai, tebu, hingga hortikultura. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia berpeluang memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

“Alsintan dan teknologi modern adalah kunci percepatan transformasi pertanian. Jika seluruh pemangku kepentingan bersinergi, maka visi pertanian Indonesia yang efisien, produktif, dan berdaya saing global dapat terwujud,” tutur Harsono.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Robot Industri Indonesia (ASRII), Malik Khidir, menegaskan pentingnya pengembangan ekosistem berbasis inovasi untuk memperkuat daya saing industri nasional. Salah satu langkah strategis yang didorong adalah melalui gerakan nasional Indonesia Manufacturing Center yang terintegrasi.

Malik berharap pusat inovasi tersebut menjadi wadah kolaborasi antara pelaku industri, akademisi, dan pemerintah dalam mengembangkan teknologi, khususnya di bidang otomasi dan robotik.

“Kita perlu membangun sebuah ekosistem yang tidak hanya menghasilkan riset, tetapi juga mampu mengkomersialisasikan inovasi menjadi produk yang bermanfaat bagi industri dan masyarakat,” ujarnya.

Pada FGD ini juga menghadirkan narasumber dari PT. Kubota Indonesia, pelopor dari perusahaan mesin diesel bermutu tinggi yang terus mendukung pengembangan industri pertanian nasional. Perusahaan ini telah melakukan ekspor produknya ke tujuh negara, di antaranya ke Australia dan Afrika Selatan, yang menunjukkan kualitas dan daya saing produk mereka di pasar global.

FGD ini disambut antusias oleh para pengusaha dan akademisi, yang mengharapkan Indonesia Manufacturing Center segera beroperasi sebagai solusi permasalahan industri manufaktur dalam negeri.(*)