Analis Sebut Konflik Rusia-Ukraina Justru Untungkan Saham Komoditas RI
EmitenNews.com - Indeks harga saham gabungan atau IHSG sempat terkena efek negatif invasi Rusia ke Ukraina pada perdagangan Kamis (24/2) siang. Namun dampak konflik tersebut diperkirakan tidak terlalu signifikan dan tidak berlangsung lama.
Ekonom senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fikri C. Permana, menyebut sejumlah alasan yang memperkuat prediksi itu. Pertama, invasi Rusia dilakukan di dua daerah yang selama ini memang telah dikuasasi separatis pro-Rusia.
"Kedua, sebagaimana invasi Crimea pada 2014, invasi kali ini juga berdampak local antara Rusia - Ukraina saja," katanya.
Sehingga dengan pertimbangan tersebut Samuel Sekuritas menilai hubungan ekonomi langsung Indonesia dengan Rusia dan Ukraina relatif kecil. Hal ini terlihat dari hubungan dagang (ekspor-impor) maupun nilai investasi Indonesia dengan Rusia dan Ukraina di 2021 yang kurang dari 1%.
Capital inflow asing di pasar saham Indonesia terus melaju kencang. Yakni meningkat Rp15.42 triliun selama kurun waktu 1 Februari hingga 23 Februari 2022, walaupun tensi Rusia-Ukraina meningkat.
"Kemudian rupiah stabil di level Rp14.200 - Rp14.400 per dolar AS, juga karena net buy investor asing tadi. Bahkan jika USD Index tidak naik, rupiah masih bisa terapresiasi lagi," jelas Fikri.
Perusahaan sekuritas ini juga menilai fundamental ekonomi Indonesia cukup baik, khususnya didorong makin pulihnya ekonomi. Hal ini terindikasi dari Indeks Kepercayaan Konsumen dan Penjualan Eceran di Januari yang mencapai level tertinggi sejak awal pandemi.
Dengan demikian Samuel Sekuritas memperkirakan efek perang Rusia - Ukraina terhadap pasar modal Indonesia akan lebih bersifat temporer, dan lebih menyebabkan perilaku berhati-hati di pasar.
"Bahkan di sisi lain kami melihat invasi Rusia-Ukraina akan berdampak pada peningkatan harga komoditas, yang harusnya berdampak positif bagi ekspor dan sektor komoditas dalam negeri karena adanya supply shock di global," imbuh Fikri.
Dengan pertimbangan itu menurutnya saham sektor tambang seperti ANTM dapat menjadi pilihan utama pelaku pasar, di samping saham BBTN serta ASII untuk mengantisipasi pemulihan ekonomi yang lebih baik ke depannya.(fj)
Related News
DGIK Targetkan Pendapatan Tumbuh 50 Persen Pada 2025
Investasi dengan Kepemilikan Langsung, Preskom CYBR Tambah Porsi Saham
Bapok Tak Kena, Menkeu Pastikan PPN 12 Persen Penuhi Asas Keadilan
Pendapatan Negara Hingga November Rp2.492,7 Triliun, Tumbuh 1,3 Persen
Harga Emas Antam Terus Melambung Rp14.000 per Gram
Wamen PKP, Investor Timur Tengah Siap Bangun 1 Juta Rumah Per Tahun