Analis Sebut Manuver Wi-Fi 7 Berpotensi Gaet Huawei Masuk Surge (WIFI)

Hashim S. Djojohadikusumo memberikan sambutan sebagai pemegang saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dalam peluncuran Wi-Fi 7 hasil kolaborasi dengan Huawei . Photo/Rizki Emitennews.com
EmitenNews.com -Peluncuran teknologi WiFi 7 super cepat oleh PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) di Bali pada Jumat (3/10) seharusnya menjadi perayaan inovasi teknologi. Namun, di kalangan analis pasar, acara ini justru memicu satu spekulasi besar: Mengapa Huawei yang menjadi mitra teknologi, bukan ekosistem NTT East dari Jepang?
Kehadiran raksasa teknologi asal Cina tersebut dinilai sebagai sebuah manuver bisnis tingkat tinggi yang sangat tidak terduga. Pasalnya, publik mengetahui bahwa raksasa telekomunikasi Jepang, NTT East, merupakan investor strategis di anak usaha Surge, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE), dengan suntikan dana triliunan rupiah.
Secara logika bisnis, ekosistem NTT—yang memiliki mitra teknologi sendiri seperti OREX-Sai (perusahaan patungan NTT DOCOMO dan NEC)—seharusnya menjadi garda terdepan dalam proyek strategis ini. Terlebih, kemitraan Surge dengan OREX-Sai bahkan sudah diumumkan sebelumnya untuk proyek 5G FWA.
Namun, Surge justru memilih Huawei sebagai mitra dalam peluncuran perdana di Indonesia Wi-Fi 7 di Bali pada Jumat 3 Oktober 2025 lalu. Keputusan ini memicu berbagai spekulasi di pasar. "Ini bukan sekadar pilihan teknis, ini adalah sinyal strategis," ujar Indrawijaya Rangkuti selaku Pengamat Pasar Modal dan Founder Entry Exit Investment.
"Jika melihat progres dan manuver bisnis yang dilakukan oleh PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) beberapa waktu belakangan setelah sukses dalam beberapa aksi korporasi besar, bisa jadi perseroan sedang membuka pintu bagi Huawei, dan ini bisa menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar."
Uji Coba untuk Huawei?
Spekulasi paling panas adalah bahwa langkah ini merupakan "test drive" atau penjajakan awal bagi Huawei untuk masuk lebih dalam ke struktur kepemilikan Surge (WIFI). Bukan rahasia lagi, Huawei sangat agresif mencari mitra lokal yang kuat untuk memperluas cengkeramannya di pasar infrastruktur digital Asia Tenggara yang sangat prospektif.
"Bagi Huawei, mengakuisisi sebagian kecil saham di perusahaan seperti WIFI adalah langkah strategis yang cerdas. Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi ikut memiliki 'jalur tol' digitalnya," tambah Indrawijaya.
Jika skenario ini benar, maka ini adalah sebuah manuver brilian dari Surge yang berpotensi mendapatkan akses ke teknologi canggih dengan harga kompetitif, sambil membuka peluang masuknya investor raksasa baru.
Sinergi Dahsyat Jepang-Cina: Kekuatan Baru?
Namun, ada teori lain yang lebih menggemparkan: ini bukanlah tentang mengganti Jepang dengan Cina, melainkan mengawinkan kekuatan keduanya.
Bayangkan sebuah skenario di mana modal raksasa dan tata kelola disiplin dari NTT East (Jepang) bersinergi dengan kecepatan inovasi dan efisiensi teknologi dari Huawei (Cina) di bawah satu atap perusahaan Indonesia, yaitu Surge.
"Jika ini terjadi, Surge akan menjadi entitas hybrid yang didukung oleh dua kekuatan ekonomi terbesar di Asia. Modal Jepang dan teknologi Cina. Ini adalah kombinasi yang bisa mengubah peta permainan," tegas Indrawijaya.
Seperti diketahui, Indrawijaya juga menyoroti statement Dajiang Xin, Chairman of the Board, PT Huawei Tech Investment yang mengatakan merasa terhormat dapat mendukung peluncuran Wi-Fi 7 di Indonesia. Dengan kecepatan hingga 2Gbps, Wi-Fi 7 akan mentransformasi pengalaman pengguna di bidang pendidikan, hiburan, dan bisnis. Kolaborasi kami dengan SURGE dan Bali Internet menunjukkan bagaimana kemitraan teknologi dapat membuka peluang pertumbuhan baru di era digital.
Sehingga, Menurutnya, aliansi strategis ini akan menciptakan sebuah preseden baru, mengubah persaingan menjadi "coopetition" (kolaborasi sekaligus kompetisi) yang dapat merombak total lanskap industri telekomunikasi dan digital di Indonesia.
Peluncuran WiFi 7 di Bali mungkin hanya riak kecil di permukaan. Namun di bawahnya, arus pergeseran kekuatan strategis sedang bergerak deras. Pasar kini menahan napas, menanti apakah manuver Surge ini akan berujung pada masuknya Huawei sebagai pemegang saham baru, dan apakah sinergi Jepang-Cina ini akan melahirkan kekuatan baru yang tak tertandingi di Indonesia.
Adapun untuk prospek saham WIFI, Indrawijaya menyebut saham WIFI diminggu lalu, terlihat meningkat volume pembelian nya, khusus nya dimulai pada hari jumat (3/10/2025) kemarin, dan masih berpotensi bertumbuh naik. Level 3460 sangat mungkin di sentuh di bulan okteber 2025 dan 3900 juga terlihat menjadi target di tahun 2025 ini. "Adapun level important support ada di 2410 dan minor support di 2750," pungkas Indrawijaya.
Related News

Perkuat Konektivitas Jabodetabek, JSMR Kebut Tol Bogor-SerpongĀ

Laba Drop, HDFA Juni 2025 Defisit Rp422 Miliar

Bos GPSO Beber Rencana Divestasi, Investor Kakap Masuk?

Perkuat Sektor Ini, CDIA Injeksi Entitas Usaha Rp11 Miliar

Kundy Wijaya lepas Lagi 3,5 Juta Saham KKES, Kenapa?

Bos SULI Buang Jutaan Lembar, Saham Langsung ARB!