EmitenNews.com—PT Astra International Tbk (ASII) melalui anak usahanya di lini bisnis jalan tol, yakni Astra Infra, memberikan sinyal kuat untuk terus menambah ruas tol baru. Salah satunya melalui mekanisme akuisisi jalan tol yang sudah beroperasi.

 

Astra Infra belakangan memang santer dihubungkan sebagai salah satu operator jalan tol yang masuk dalam bursa pembeli potensial atas aset-aset jalan tol yang dikelola emiten jalan tol pelat merah, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR).

 

Menanggapi hal itu, Group CEO Astra Infra Firman Yosafat Siregar menegaskan bahwa Astra Infra selalu ingin mengembangkan kemampuannya dari waktu ke waktu untuk meningkatkan kualitas layanan jalan tol. Adapun soal metodenya, Yosafat menyatakan bahwa itu bergantung pada situasinya.



"Tapi, sampai hari ini Astra Infra memang masih memilih strategi untuk melakukan akuisisi jalan tol yang sudah beroperasi. Jadi kami tekankan, kami sangat ingin dan berminat untuk terus membantu berperan menyelenggarakan infrastruktur demi pembangunan berkelanjutan di Indonesia," kata Yosafat dalam media  gathering secara virtual, Selasa (13/12/2022).

 

Sinyal kuat Astra Infra yang ingin meningkatkan jumlah ruas tol kelolaannya tersebut inline dengan riset Samuel Sekuritas yang membeberkan mengenai rencana JSMR melakukan equity fundraising melalui kerja sama dengan investor strategis maupun penawaran umum perdana (initial public offering /IPO) saham anak usaha, PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT), pada semester I-2023.

 

Terlebih, Jasa Marga juga baru-baru ini telah menuntaskan pemisahan (spin off) sekaligus pengalihan kepemilikan saham atas 13 ruas tol Trans Jawa kepada JTT, yang terdiri atas 4 ruas tol Divisi Regional Jasamarga Transjawa Tollroad yakni Jakarta-Cikampek, Palimanan-Kanci, Semarang ABC, dan Surabaya-Gempol.

 

Kemudian, 9 ruas tol anak usaha dan JV pada jalan tol layang MBZ, Batang-Semarang, Semarang Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Surabaya-Mojokerto, Gempol-Pasuruan, Gempol-Pandaan, Pandaan-Malang dengan nilai transaksi mencapai Rp 18,11 triliun.