EmitenNews.com - Bahaya penyebaran Covid-19 kembali mengancam. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, terjadi kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir. Kondisi ini diperkirakan masih akan terjadi beberapa waktu ke depan. Puncaknya, pada Januari 2024. 

 

“Peak (puncak)-nya paling dua minggu, sampai empat minggu maksimal sudah terjadi penurunan. Mudah-mudahan nanti kita lihat, kalau peak-nya terjadi di Januari, harusnya Februari Insya Allah sudah turun kembali,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Kementerian Kesehatan RI, Jumat (22/12/2023). 

 

Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia disebabkan karena masuknya subvarian baru virus corona bernama JN.1. 

 

Kemenkes melakukan penelusuran terhadap 77 sampel kasus Covid-19 pada minggu kedua Desember 2023. Hasilnya, dari 77 sampel, ada 43 persen kasus subvarian JN.1. Pada periode yang sama, ada 16 persen subvarian XBB 1.16, kemudian sebanyak 12 persen lainnya merupakan kasus Covid-19 subvarian XBB 1.9.1. 

 

Jumlah subvarian JN.1 naik dari penelusuran Kemenkes pada minggu pertama Desember 2023. Saat itu ada 19 persen kasus JN.1 dari total sampel. Artinya, dalam satu minggu, kenaikan kasus JN.1 tembus 20 persen. 

 

Menurut Menkes. jika angka kenaikan kasus konsisten sekitar 20 persen per minggu, diperkirakan, pada minggu pertama atau kedua Januari 2024, kasus JN.1 mencapai puncak. “Seharusnya di Januari itu peak-nya sudah dicapai.”

 

Data terbaru Kemenkes menyebutkan, ada 453 kasus harian Covid-19. Lalu, ada 2.761 kasus aktif. Data terbaru itu juga menyebutkan, ada 9 kasus kematian akibat Covid-19. Seluruhnya merupakan pasien dengan komorbid atau penyakit penyerta seperti serangan jantung atau stroke. 

 

“Jadi saya rasa sih masih dalam kondisi yang tidak terlalu mengkhawatirkan,” kata Budi Gunadi Sadikin.

 

Melihat data yang ada, Menkes Budi memastikan, jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia ini masih di bawah level satu pandemi virus corona yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Level satu pandemi menurut WHO yakni 56.000 kasus aktif per minggu.