EmitenNews.com - PT Teladan Prima Agro (TLDN) sepanjang 2021 mencatat laba bersih Rp531,2 miliar, melambung 129 persen dibanding periode sama 2020 di level Rp232,4 miliar. Lalu, EBITDA meningkat 43 persen menjadi Rp1,3 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp880,7 miliar.


Selain lonjakan harga komoditas crude palm oil (CPO), selama 2021 perseroan mampu menjaga biaya produksi melalui berbagai inisiatif dengan fokus pada efisiensi biaya, dan mendukung kelancaran produksi. Performa apik itu, tidak lepas dari produktivitas tanaman perseroan pada usia produktif, yakni rata-rata di umur 12 tahun.


Kinerja apik itu, buah dari sukses kami dalam menjaga, memastikan kinerja, dan produktivitas prima. Hasil itu, dicapai di tengah berbagai tantangan terutama aktivitas panen, perawatan, efek water deficit pada 2019 terlihat pada 2020, dan 2021. ”Namun, tim manajemen Teladan Prima Agro berbekal pengalaman lebih dari 18 tahun di industri kelapa sawit mampu merespons secara tepat,” tutur Wishnu Wardhana, Direktur Utama Teladan Prima Agro.


Per 31 Desember 2021, total aset Teladan Prima tercatat Rp4,6 triliun, turun 6,52 persen dari periode sama 2020 di level Rp4,9 triliun. Total liabilitas turun 15,5 persen menjadi Rp3,2 triliun dari edisi 2020 di kisaran Rp3,8 triliun. Porsi penurunan terbesar ialah pada kewajiban jangka panjang kepada bank. Penurunan itu, berdampak kepada beban keuangan menurun, dan sejalan program membangun fleksibilitas pada neraca keuangan. 


Total ekuitas Teladan Prima per 31 Desember 2021 tercatat menanjak 29 persen menjadi Rp1,4 triliun dari periode sama 2020 di level Rp1,1 triliun, dengan peningkatan berasal dari laba bersih dibukukan perseroan. Harga jual rata-rata crude palm oil (CPO), dan Palm Kernel (PK) meningkat tentu memberi pengaruh positif bagi perseroan. 


Harga jual CPO meningkat 27,2 persen, dan harga jual PK meningkat lebih signifikan hingga 72,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan harga komoditas berpengaruh kepada performa pendapatan perseroan. Di mana, pendapatan dari penjualan CPO, dan PK tercatat masing-masing Rp2,7 triliun, dan Rp250 miliar atau meningkat 6,6 persen, dan 30,8 persen dibanding tahun sebelumnya.


Teladan Prima optimistis sepanjang 2022 akan terus berkembang karena umur tanaman mayoritas berada pada usia produktif sehingga mampu memberi pertumbuhan produksi signifikan. ”Selain iklim kondusif periode 2020-2021, praktik agronomi terbaik dan pemupukan optimal diharap menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan produksi pada 2022,” imbuh Wishnu. (*)