EmitenNews.com - Saham Petrindo Jaya (CUAN) menjadi primadona di lintasan pasar modal indonesia. Menjadi santapan para saudagar pasar saham sebagai barang koleksi. Efeknya, harga saham emiten besutan Prajogo Pangestu tersebut, melonjak di luar nulur eh nalar. 


Pada perdagangan terakhir, Senin, 18 Desember 2023 lalu, saham Petrindo Jaya menguat 4,88 persen atau bertambah 625 points ke posisi Rp13,425 per lembar. Dibanding Jumat, 1 Desember 2023 masih berada di harga Rp9.000 per helai, pada Senin, 18 Desember 2023 kemarin, saham CUAN tercatat telah mengalami peningkatan harga hingga 49,1 persen.


Menilik fakta itu, operator pasar modal Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta penjelasan manajemen Petrindo. Hasilnya, perseroan telah menyampaikan seluruh rencana dan/atau aktivitas kepada bursa, dengan tujuan agar pelaku pasar dapat mempertimbangkan secara matang berdasar informasi dalam setiap pengambilan keputusan investasi di saham perseroan. 


”Sampai surat ini dibuat, belum ada informasi/fakta/kejadian penting lain yang material, dan dapat mempengaruhi harga saham perseroan yang belum diungkapkan kepada publik,” tukas Michael Direktur Utama Petrindo Jaya Kreasi.


Menurut Michael, dengan memperhatikan pemberitaan di media elektronik maupun konvensional, faktor yang mungkin menjadi sentimen positif peningkatan harga saham karena perseroan secara aktif sedang melakukan beberapa aksi korporasi seperti, telah meneken perjanjian pengikatan jual beli saham sehubungan dengan akuisisi PT Silika Salut Sejahtera, pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) pasir silika.


Lalu, akuisisi saham di PT Multi Tambangjaya Utama, dan pembelian 34 persen saham Petrosea (PTRO). Perseroan juga telah memperoleh pencabutan pembatalan Izin Usaha Pertambangan atas nama dua entitas anak usaha yaitu PT Daya Bumindo Karunia dan PT INTAM, memiliki cadangan terbukti batu bara thermal, dan emas dalam jumlah cukup signifikan dibanding cadangan terbukti batu bara yang sudah dijalankan entitas anak usaha saat ini. 


Selain itu, perseroan pada 14 Desember 2023 telah melakukan penandatanganan perjanjian fasilitas kredit dengan Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Negara Indonesia (BBNI). Seluruh aksi korporasi itu, telah diumumkan dan disampaikan kepada publik melalui beberapa Keterbukaan Informasi. Menurut perseroan, kondisi tersebut telah memberi sinyal positif kepada publik mengenai kerja nyata telah dilakukan perseroan dalam upaya pengembangan kegiatan usaha, diversifikasi, perluasan jaringan, mitra usaha, dan kepercayaan institusi keuangan dalam mendukung rencana pengembangan perseroan secara berkelanjutan. 


Perseroan juga mendapatkan dukungan penuh dari pemegang saham pengendali yang memiliki rekam jejak baik dan terpercaya dalam keberhasilan  mengembangkan berbagai usaha yang dimiliki. Selain itu, masuknya saham perseroan MSCI Small Cap Index menjadi salah satu indikator positif mengenai kinerja perdagangan saham. Itu dapat menambah kepercayaan investor lokal maupun global, serta memperluas basis investor untuk berinvestasi di saham perseroan. Dengan posisi perseroan sebagai perusahaan publik sektor pertambangan terintegrasi dapat makin kuat, dan diperhitungkan pelaku usaha, dan investor lokal maupun global. 


Perseroan berharap di masa mendatang, perseroan bisa mendapat dukungan lebih luas pemain pasar modal global, dan regional. Membuka pangsa pasar saham Indonesia lebih luas di manca-negara. Pasalnya, dengan masuk dalam MSCI Small Cap Index menandakan sinyal positif kepada investor kalau saham perseroan telah memenuhi standar baik dalam kinerja, stabilitas, kredibilitas, dan visibilitas perseroan di mata investor. ”Selain itu, masuknya saham perseroan dalam MSCI Small Cap Index menjadi salah satu tantangan bagi manajemen untuk bisa memberikan kinerja terbaik dalam menjaga kepercayaan investor,” beber Michael.


Saat ini, perseroan fokus pelaksanaan kegiatan operasional dan produksi di lapangan/wilayah kerja perseroan, dan menyelesaikan beberapa aksi korporasi berupa akuisisi telah dimulai sejak 2023 dengan target penyelesaian pada kuartal I-2024. Selain aksi korporasi sepanjang 2023, tidak tertutup kemungkinan pada 2024, dan tahun-tahun mendatang perseroan akan memiliki beberapa aksi korporasi berdasar rencana usaha, dan pengembangan usaha perseroan. Seluruh aksi korporasi itu, pada dasarnya untuk pengembangan usaha, dan penambahan aset-aset penting untuk menunjang kegiatan usaha. ”Perseroan akan melaksanakan setiap aksi korporasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk menyampaikan keterbukaan informasi kepada publik,” bebernya.


Mengenai proses pembelian saham Petrosea, perseroan masih dalam proses pemenuhan persyaratan penyelesaian transaksi sebagaimana diatur dalam perjanjian bersyarat pembelian saham telah dibuat antara KJP (entitas anak perseroan bertindak selaku pembeli), dan Caraka Reksa Optima (selaku penjual), termasuk antara lain, pemenuhan seluruh persyaratan untuk pelaksanaan transaksi material sebagaimana diatur dalam POJK 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama. 


Adapun mengenai pembelian saham PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU), sampai saat ini perseroan bersama pihak penjual dalam proses pemenuhan seluruh persyaratan tertuang dalam perjanjian jual beli bersyarat (CSPA), yaitu antara lain, perolehan persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia untuk perubahan pemegang saham dan pengendali di dalam MUTU. (*)