Dengan demikian, SRIL dapat mempercepat pemulihan di tengah situasi geopolitik dan makro ekonomi pada 2023 yang kurang kondusif. 

 

Komisaris Utama Iwan Setiawan Lukminto, Komisaris Megawati, Komisaris Independen  Liem Konstantinus. Sedangkan dari jajaran Direksi ada Direktur Utama Iwan Kurniawan Lukminto, Direktur Operasional Mira Christina Setiady, Direktur Keuangan Welly Salam, Direktur Umum Supartodi, Direktur Independen Regina Lestari Busono, Direktur Bisnis Benang Karunakaran Ramamoorthy, Direktur Bisnis Kain Sandeep Kr Gautam dan Direktur Bisnis Pakaian Jadi Teo Khek Thuan.

 

Dari sisi kinerja, Hingga September 2022, total liabilitas SRIL tercatat USD1,6 miliar atau setara dengan Rp24,66 triliun (kurs=Rp15.500/USD). Jumlah tersebut didominasi oleh utang-utang yang memiliki bunga seperti utang bank dan obligasi.

 

Secara rinci utang bank dan obligasi yang dimiliki oleh Sritex adalah sebagai berikut: Utang bank jangka pendek senilai US$32,8 juta atau Rp508,47 miliar. Utang bank dan obligasi dengan jatuh tempo kurang setahun senilai US$4,05 juta atau Rp62,774 miliar. Utang bank dan obligasi jangka panjang senilai US$1,33 miliar atau Rp20,57 triliun. Total utang bank dan obligasi adalah US$1,36 miliar atau Rp21,14 triliun.

 

Jumlah tersebut sama dengan 85,75% dari total liabilitas yang dimiliki per September 2022. Utang didominasi dengan masa jatuh tempo jangka panjang.

 

Jumlah aset yang dimiliki adalah USD1,04 miliar atau Rp16,17 triliun. Jika dibandingkan dengan total utang bank dan obligasi maka terdapat defisit modal sebesar USD320,82 juta atau setara dengan Rp4,97 triliun. Jika total aset tersebut dibandingkan dengan jumlah liabilitas maka terjadi defisit modal sebesar Rp8,49 triliun.