EmitenNews.com - Bank Rakyat Indonesia (BRI) melihat pelaku usaha segmen UMKM sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, memegang peranan penting dalam penerapan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) ke depan.


"Oleh karena itu menjadi hal yang krusial untuk memberikan edukasi untuk meningkatkan awareness dari para pelaku usaha UMKM akan pentingnya memastikan keberlanjutan usaha mereka melalui penerapan prinsip-prinsip ESG”, kata Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam keterangannya, Jumat (27/5/22).


Sunarso mewakili BRI ikut hadir pada pertemuan World Economic Forum (WEF) 2022 yang diselenggarakan di Davos, Swiss tanggal 22 – 26 Mei 2022. WEF 2022 dihadiri sekitar 2.000 partisipan yang merupakan perwakilan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia, meliputi pemimpin negara, regulator, top CEO perusahaan global, dan pihak-pihak yang berpengaruh lainnya. Topik yang menjadi bahasan utama dalam WEF 2022 diantaranya adalah globalisasi, digitalisasi, implementasi ESG Global, serta inklusi keuangan.


Sunarso mengingatkan, melihat penerapan ESG yang konsisten dan terarah harus dimulai dari concern utama, yaitu Governance. "Dengan Governance yang baik, penerapan ESG diharapkan akan lebih terarah dan terukur sehingga dapat mendorong keberlangsungan usaha yang dijalankan," tegasnya. Dalam kaitan ini ia menilai inisiasi dari pemimpin menjadi elemen penting untuk mendorong penerapan sisi Governance ini.


Terkait dengan inklusi keuangan, orang nomor satu di BRI ini menekankan bahwa inklusi keuangan yang melibatkan kontribusi dari banyak pelaku usaha dibanding berfokus pada pelaku usaha tertentu menjadi faktor penting untuk pemerataan ekonomi dan kesejahteraan (prosperity).


"Namun demikian, pandemic covid-19 memberikan pelajaran bagi kita bahwa selain inklusi keuangan, hal kritis lain yang perlu ditindak-lanjuti adalah digitalisasi. Dan isu ini sangat relevan dengan apa yang terjadi di Indonesia," jelasnya.


Sunarso menyebut inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 76% dan Pemerintah menargetkan menjadi 90% di 2024. Namun financial literacy index di Indonesia masih relatif rendah, di bawah 40%.


Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang telah lama berkecimpung dalam pengembangan bisnis UMKM di Indonesia, BRI melalui survey yang dilakukan pada tahun 2020 telah mempelajari karakteristik nasabahnya. Yaitu bahwa nasabah UMKM, terutama Mikro dan Ultra Mikro, mempunyai pengetahuan yang terbatas mengenai produk-produk keuangan.


"Nasabah tidak nyaman dengan produk pinjaman konvensional perbankan yang memiliki term & condition yang rigid (kaku) mengingat nasabah tidak mempunyai cashflow yang stabil. Nasabah membutuhkan lembaga keuangan terpercaya dengan karakteristik local. Proximity atau kedekatan jarak dan Trust merupakan pertimbangan utama nasabah dalam mengakses layanan keuangan perbankan," jelasnya.


Untuk itu, BRI terus melakukan inovasi untuk menjawab tantangan tersebut, untuk memastikan masyarakat memiliki peluang yang sama untuk mengakses layanan keuangan yang lengkap dan sustainable sehingga dapat mendukung pengembangan bisnis dan peningkatan kualitas hidup, melalui BRILink Agent, Pengembangan peran Digital Advisor, Pengembangan ekosistem bisnis secara digital.(fj)