EmitenNews.com - Garuda Indonesia (GIAA) disebut-sebut bakal mendapat suntikan modal Rp1,2 triliun. Dana taktis tersebut akan mengalir dari Danantara. Injeksi modal itu, penting untuk mendukung operasional emiten aviasi pelat merah tersebut. 

Merespons rumor itu, manajemen Garuda Indonesia angkat suara. ”Dapat kami sampaikan pada prinsipnya kebijakan, dan strategi atas aksi korporasi tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan pemegang saham serta para pemangku kepentingan terkait,” tegas Wamildan Tsani, Direktur Utama Garuda Indonesia. 

Garuda Indonesia secara berkala berkoordinasi dengan pemerintah, dan para pemangku kepentingan terkait lainnya. ”Itu dilakukan sambil tetap berfokus untuk memastikan perusahaan berjalan on the track sesuai dengan strategi kinerja perseroan,” imbuhnya.

Menyusul isu itu, saham Garuda Indonesia di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung melonjak. Hanya dalam tempo lima hari terakhir, saham Garuda melejit 16,67 persen menjadi Rp42. Surplus 6 poin dari awal perdagangan Rabu, 14 Mei 2025 di level Rp36. 

Sepanjang kuartal pertama 2025, Garuda Indonesia tekor USD76,48 juta. Susut 12 persen dari periode sama tahun lalu minus USD87,03 juta. Jumlah pendapatan usaha USD723,56 juta, surplus 1,62 persen dari posisi sama tahun lalu USD711,98 juta. Itu terdiri dari penerbangan berjadwal USD603,68 juta, menanjak dari USD599,01 juta. Penerbangan tidak berjadwal USD37,95 juta, melonjak dari USD19,67 juta. Lainnya USD81,92 juta, susut dari USD93,28 juta. 

Total beban usaha USD718,35 juta, bengkak dari USD702,92 juta. Meliputi beban operasional penerbangan USD361,96 juta, susut dari USD371,07 juta. Beban pemeliharaan dan perbaikan USD156,19 juta, bengkak dari USD123,86 juta. Beban kebandaraan USD54,05 juta, susut USD54,79 juta. 

Beban umum dan administrasi USD47,81 juta, turun dari USD48,52 juta. Beban pelayanan penumpang USD49,61 juta, bengkak dari USD43,91 juta. Beban tiket, penjualan, dan promosi USD40,14 juta, susut dari USD51,86 juta. Beban operasional hotel USD4,48 juta, susut dari sebelumnya USD4,82 juta.

Beban operasional transportasi USD2,9 juta, turun dari USD2,89 juta. Beban operasional jaringan USD1,17 juta, naik dari USD1,16 juta. Keuntungan selisih kurs USD12,82 juta, melonjak dari USD7,84 juta. Pendapatan  keuangan USD3,35 juta, surplus dari USD1,68 juta. Beban keuangan USD124,56 juta, bengkak dari USD119,88 juta. 

Total ekuitas minus USD1,43 miliar, bengkak dari akhir 2024 senilai USD1,35 miliar. Defisit USD3,58 miliar, bengkak dari USD3,5 miliar. Jumlah liabilitas USD7,88 miliar, berkurang dari akhir tahun lalu USD7,97 miliar. Total aset USD6,45 miliar, berkurang dari akhir 2024 sebesar USD6,61 miliar. (*)