EmitenNews.com - Dalam perjalanan menuju visi ekonomi jangka panjang, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2029 mendatang. Pencapaian target tersebut salah satunya diupayakan Pemerintah melalui kolaborasi strategis dengan berbagai mitra global, termasuk Tiongkok melalui skema Two Countries Twin Parks (TCTP).

Kerja sama yang erat antara kedua negara dipandang mampu mempercepat arus investasi, mendorong penciptaan lapangan kerja, serta menyediakan tambahan devisa yang penting bagi ketahanan ekonomi nasional.

Dengan total populasi yang mewakili sekitar 1,7 miliar jiwa dan nilai ekonomi gabungan mencapai USD19,2 triliun, Indonesia dan Tiongkok berada pada posisi strategis sebagai kekuatan pasar dan produksi global. Tiongkok juga tercatat sebagai mitra dagang utama Indonesia, dengan nilai perdagangan bilateral yang mencapai sekitar USD135 miliar pada tahun 2024 lalu. Hal tersebut menegaskan peran Tiongkok sebagai mitra ekonomi strategis bagi Indonesia dalam mendorong pertumbuhan dan memperluas peluang kerja sama di masa mendatang.

“Two Countries Twin Parks merupakan inisiatif strategis dua negara strategis, Indonesia dan China. Tujuannya adalah membangun dua kompleks industri di antara kota kembar, di antara kedua negara, agar sinergi kedua industri dan rantai nilai kedua negara dapat optimal,” jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam menyampaikan closing statement pada acara “The City of Blessings” China-Indonesia Economic and Trade Exchange dan Matchmaking Conference Two Countries Twin Parks, Rabu (26/11).

Kawasan kembar atau twin parks tersebut menjadi simbol terbentuknya ekosistem kolaboratif yang menggabungkan keunggulan komparatif Indonesia, mulai dari ketersediaan sumber daya termasuk potensi SDM, hingga kekuatan pasar domestik, dengan kapasitas Tiongkok dalam penyediaan teknologi, pembiayaan, dan pengalaman di sektor manufaktur. Sinergi tersebut diharapkan mampu memperkuat daya saing industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Selanjutnya, TCTP diharapkan dapat menjadi katalis bagi peningkatan investasi Tiongkok di Indonesia, khususnya melalui pengembangan kawasan industri di Batang yang saat ini menjadi proyek bersama TCTP kedua negara. Selain itu, diharapkan kerja sama tersebut dapat diperluas ke berbagai wilayah lainnya, salah satunya Pulau Bintan sebagai salah satu potensi lokasi pengembangan berikutnya. Sektor investasi utama Tiongkok terutama pada industri logam sebesar USD4 miliar dan industri farmasi sebesar USD1 miliar pada 2024.

Saat ini Indonesia sendiri telah memiliki 19 perjanjian perdagangan, termasuk dengan Uni Eropa, yang akan berlaku efektif pada tahun 2027. Hal tersebut tentu akan membuka akses baru bagi produk-produk buatan Indonesia dan memperkuat daya tarik Indonesia. Untuk itu, Menko Airlangga berharap kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan dengan mempercepat kolaborasi dalam proyek kedua negara.

Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kota Fuzhou, Republik Rakyat Tiongkok, kembali memperkuat hubungan ekonomi melalui penandatanganan 16 Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama investasi dengan total nilai mencapai Rp36,4 triliun. Penandatanganan dilakukan oleh para pelaku usaha Indonesia dan Tiongkok, serta disaksikan oleh Menko Airlangga.

Sebanyak 16 proyek kerja sama tersebut akan mulai diimplementasikan pada tahun 2026 dan mencakup sejumlah sektor prioritas nasional, yakni ekspor baja, nikel, dan komoditas industri, pengolahan pangan dan kelautan, industri perikanan terpadu, pengembangan energi matahari dan sistem penyimpanan energi, batubara dan rantai pasok bahan baku industri, riset dan kolaborasi kecerdasan buatan Indonesia–Tiongkok, teknologi baru dan peralatan industri, serta pengembangan kawasan industri dan rantai pasok energi baru.

Nilai investasi Rp36,4 triliun tersebut merepresentasikan 24,3% dari total komitmen investasi US$10 miliar yang disampaikan Pemerintah Kota Fuzhou saat menerima kunjungan Kemenko Perekonomian pada Agustus 2025 lalu.

“Kita membutuhkan lebih banyak proyek di sektor industri baja, manufaktur, perikanan, tekstil, pertanian, seperti teh, furnitur, teknologi baru seperti drone, baterai EP, termasuk infrastruktur dan AI itu sendiri. Sektor seperti ini prospektif bagi Indonesia, dan Pemerintah Indonesia berharap dengan penandatanganan nota kesepahaman hari ini, kolaborasi antara Tiongkok dan Indonesia semakin erat,” pungkas Menko Airlangga.

Usai menutup kegiatan, Menko Airlangga melanjutkan untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Executive Vice Governor of Fujian Provincial People's Government Guo Ningning. Sejumlah poin penting disampaikan oleh Menko Airlangga mulai dari apresiasi atas komitmen investasi yang telah disepakati, peluang pengembangan kawasan industri yang lebih berkualitas, urgensi investasi dalam menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan, mendorong kegiatan terkait perikanan, peluang perluasan penerbangan untuk mendukung pariwisata, hingga kerja sama di bidang pendidikan.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya yakni Deputy Secretary of CPC Fuzhou Municipal Committee Luo Qiuyun, Mayor of People’s Government of Fuqing City Fan Xueshuang, Director of Fuzhou Municipal Bureau of Commerce Liang Yong, Director of the Foreign Affair Office of the Fuzhou Municipal People Government Ye Xiaolan, serta Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Ali Murtopo Simbolon.(*)