EmitenNews.com -PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) sebagai emiten perbankan di Pasar Modal Indonesia bisa dibilang menjadi satu-satunya emiten bank daerah dengan kinerja terburuk jika dibandingkan dengan kompetitornya seperti Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten (BJBR) dan Bank Pembangunan Jawa Timur (BJTM) yang sudah menampung laba.

 

Sedangkan Bank Daerah satu ini (BEKS) masih harus berkutat dengan derita warisan kerugian yang hingga saat ini menjadi momok bagi kelangsungan bisnisnya kedepan. Emiten perbankan dengan market cap hanya Rp2,59 triliun inipun sahamnya seperti tak di minati oleh para investor. Terlihat jelas bahwa saham BEKS berkutat di level gocap dalam kurun waktu yang sangat lama dan pada perdagangan kemarin saja, Kamis 26 Oktober 2023 hanya ditransaksikan 10 kali senilai Rp525 ribu.

 

Sedangkan jika melihat saham BJBR saat ini ada di level Rp1.115 per lembar saham dan kemarin di transaksikan sebanyak 1.058 kali senilai Rp2,65 miliar dan untuk BJTM di transaksikan sebanyak 1.370 kali seniai Rp5,01 miliar dengan harga penutupan sahamnya ada di Rp605 per lembar.

 

Seperti diketahui berdasarkan data laporan keuangan Bank Banten (BEKS) per 30 September 2023 masih menderita rugi bersih sebesar Rp14,522 miliar. Meskipun nilai tersebut menyusut 88,8 persen dibanding periode sama tahun 2022 yang mencapai Rp126,07 miliar.

 

Namun, sayangnya, akumulasi rugi atau defisit Bank Banten (BEKS) semakin dalam dalam 0,51 persen dibanding akhir tahun 2022 menjadi Rp2,911 triliun pada akhir September 2023.

 

Penopangnya, pendapatan bunga bersih naik 45 persen secara tahunan menjadi Rp145,25 miliar pada akhir September 2023.

 

Ditambah, pendapatan operasional lainnya sebesar Rp50,76 miliar. Sayangnya, beban usaha menyentuh Rp227,22 miliar pada akhir kuartal III 2023. Dampaknya, emiten bank pemerintah daerah provinsi Banten itu menderita rugi operasional senilai Rp19,127 miliar.

 

Sementara itu, nilai kredit menyusut 0,09 persen dibanding akhir tahun 2022 menjadi Rp3,312 triliun pada akhir September 2023.   Pada sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) turun 8,5 persen dibanding akhir Desember 2022 menjadi Rp3,469 triliun pada akhir September 2023.