Seperti diketahui, BRI terus mendapatkan tambahan alokasi KUR dari tahun ke tahun. Pada 2022, alokasi KUR BRI menyentuh Rp260 triliun atau setara 70% dari total nilai KUR yang sebesar Rp373,17 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan alokasi tahun sebelumnya sebesar Rp195,59 triliun.

 

Kucuran stimulus KUR ini, lanjut Sri Mulyani, turut ditopang oleh belanja Kementerian/Lembaga (K/L) untuk pengembangan UMKM. Pada 2019, belanja K/L untuk pengembangan UMKM hanya sebesar Rp27 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp157,7 triliun di tahun 2020, Rp117,3 triliun di tahun 2021, dan Rp37,3 triliun di tahun 2022.

 

“Ada pula bantuan-bantuan terhadap UMKM, seperti subsidi KUR, non-KUR, kemudian iuran jaminan, dan juga PPH final. Ada juga bantuan listrik, DTP untuk sewa outlet, pembebasan rekening minimum, itu semuanya diberikan kepada UMKM. Jumlahnya melonjak dari tadinya Rp18 triliun sebelum pandemi Covid-19 menjadi Rp40 triliun. Dan tahun lalu Rp60 triliun,” ujarnya.

 

Di sisi lain, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo membeberkan kontribusi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dalam peningkatan porsi kredit UMKM saat ini telah mencapai 11,5%. Itu artinya, lebih dari separuh porsi kredit UMKM saat ini berada di tangan empat bank milik negara tersebut.

 

Angka ini, kata Kartika, diharapkan bisa terus meningkat seiring pertumbuhan bisnis Himbara yang terus menguat. “Dari sisi nasional UMKM Himbara ini telah mencapai 62,5% dari UMKM nasional. Tentunya tadi untuk mencapai target 30% dari total balance kredit nasional Himbara akan menjadi komponen utama untuk bisa mencapai target dari tercapainya 30% kredit nasional di kredit UMKM,” imbuhnya.

 

Sementara itu, Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan bahwa masih terdapat ruang bagi BRI untuk melakukan ekspansi kredit. Hal ini bisa dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI saat ini yang berada di angka 83%.

 

“Kalau untuk LDR idealnya itu sebutlah 90%-91% maka sesungguhnya dari sisi likuiditas maupun dari sisi capital punya peluang dan punya kemampuan untuk tumbuh secara agresif. Tinggal sekarang loan demand-nya itu yang harus kita petakan dengan baik,” papar Sunarso.

 

Dari segi permodalan, BRI punya Capital Adequacy Ratio (CAR) 25,28% atau tiga kali lipat di atas threshold yang diatur Bank Indonesia (BI). Terlebih, BRI baru saja mendapatkan tambahan modal melalui proses rights issue di mana perseroan mendapat dana segar dari investor publik sebesar Rp41 triliun.