EmitenNews.com - Kementerian Perdagangan mendorong bisnis produk kecantikan dalam negeri agar semakin menguasai pasar domestik. Untuk itu, Kemendag menggelar Forum Bisnis Peritel Indonesia yang mempertemukan peritel dalam negeri dengan produsen kosmetik lokal hari ini, Selasa (5/9) di Jakarta. Forum tersebut mengambil tema “Connecting the Booming of Local Cosmetics with Domestic Retailing”.


“Kita perlu bekerja sama menjalankan strategi untuk menjadikan produk kosmetik lokal makin dikenal masyarakat. Salah satunya adalah mengembangkan pasar produk kosmetik dalam negeri melalui sektor ritel. Kami harap para pelaku usaha ritel dengan jaringan distribusi yang kuat dapat membantu pengembangan pasar produk kosmetik Indonesia,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi.


Forum Bisnis Peritel Indonesia hari ini menjadi bagian dari rangkaian sinergi oleh Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) untuk mendukung industri penunjang modest fashion. Forum bisnis tersebut digagas Kemendag bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika (PPAK), dan Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi).


Hadir sebagai narasumber dalam forum tersebut yaitu Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum PPAK Solihin Sofian, dan Sekretaris Jenderal Perkosmi Yanne Sukmadewi.


Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kemendag Miftah Farid menyampaikan, McKinsey & Company pada 2017 memperkirakan permintaan global produk kecantikan mencapai USD 580 miliar. Perkiraan itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kulit dan kecantikan.


“Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan permintaan terhadap makanan dan minuman serta alas kaki. Fenomena serupa berlaku pula di Indonesia yang memiliki jumlah populasi wanita mencapai 136 juta jiwa,” kata Miftah.


Miftah menambahkan, di balik potensi tersebut produk kosmetik lokal harus bersaing ketat dengan produk kosmetik impor yang semakin bermunculan di pasar Indonesia. Produk-produk kosmetik Indonesia bersaing dengan produk-produk dari Jepang dan Korea Selatan dengan citra mereka sebagai ikon kosmetik Asia.

Menurut dia terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap kosmetik impor. Salah satu hal tersebut adalah keamanan produk yang ditandai oleh sertifikasi dan pencantuman komposisi.


“Selain itu, reputasi jenama kosmetik impor di pasaran serta harga produk juga sangat menentukan bagi konsumen sebelum membeli suatu produk. Konsumen terkadang masih memilih produk impor bukan karena ragu terhadap produk lokal, tapi mereka kurang mengetahui atau mengenal produk lokal,” ungkap Miftah.


Sementara itu, data Euromonitor pada 2022 mencatat bahwa terdapat 3,98 juta unit ritel di Indonesia. Jumlah ini terdiri atas lebih dari 41 ribu ritel toserba, 1.500 pasar swalayan, dan 298 unit jenis hypermarket. Penjualan ritel mencapai Rp1.526,2 trilliun atau meningkat 8,6 persen dari 2021. Hal ini menunjukan bahwa pasar domestik semakin meningkat dan penjualan ritel merupakan salah satu jaringan pemasaran bagi penjualan produk kosmetik di Indonesia.


“Untuk itu, kami berharap forum bisnis kali ini dapat menjadi langkah awal bagi industri kosmetik dan industri ritel untuk menjalin kerja sama dalam meningkatkan pemasaran di dalam negeri, dan selanjutnya hingga mancanegara,” jelas Miftah.(*)