Huni KBMI II, Segini Defisit Superbank (SUPA)
(Kiri ke kanan) - Bhavana Balramdas Vatvani Direktur Operasional Super Bank, Yenny Zannuba Wahid Komisaris Super Bank, Melisa Hendrawati Direktur Keuangan Super Bank, Anton Hermanto Gunawan Presiden Komisaris Super Bank, Sukiwan Direktur Bisnis Super Bank, Tigor M. Siahaan Presiden Direktur Super Bank, dan Kristian Manullang Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia berbincang usai listing saham perseroan. FOTO - ISTIMEWA
EmitenNews.com - Superbank (SUPA) mengemas modal inti senilai Rp7,61 triliun. Itu kombinasi dari modal inti per 30 September 2025 sejumlah Rp4,88 triliun, dan hasil bersih dana initial public offering (IPO) sebesar Rp2,73 triliun.
Dengan demikian, permodalan Superbank telah memenuhi kriteria sebagai bank KBMI II berdasarkan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum. Lompatan status itu, usai perseroan mencatatkan saham perdana pada 17 Desember 2025.
Pada hajatan IPO, Superbank mengeluarkan total sejumlah 4.406.612.300 saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp100 per lembar. Dengan banderol harga penawaran sebesar Rp635, Superbank mendulan dana segar senilai Rp2,79 triliun.
Masuk deretan kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) II tidak membuat manajemen Superbank jumawa. Superbank memprioritaskan akuisisi dan layanan nasabah, peningkatan kinerja keuangan, dan penciptaan laba sebelum pajak. Itu dengan harapan terus tumbuh pada 2026.
Per 30 Juni 2025, Superbank meraup laba bersih Rp20,5 miliar, melambung 115 persen dari edisi sama tahun lalu tekor Rp135,43 miliar. Jumlah beban operasi Rp643,63 miliar, bengkak dari episode sama tahun sebelumnya Rp408,45 miliar.
Jumlah pendapatan operasional Rp8,81 miliar, melonjak dari fase sama tahun lalu Rp5,77 miliar. Pendapatan bunga bersih Rp665,29 miliar, meroket 170,70 persen dari Rp245,76 miliar. Itu terdiri dari penedapatan bunga Rp904,49 miliar, naik signifikan dari Rp268,15 miliar, dan beban bunga Rp239,19 miliar, bengkak dari Rp22,38 miliar.
Total ekuitas Rp5,32 triliun, menanjak dari akhir tahun sebelumnya Rp5,24 triliun. Defisit Rp926,12 miliar, susut tipis dari akhir 2024 senilai Rp946,62 miliar. Jumlah liabilitas Rp9,54 triliun, bengkak dari akhir tahun lalu Rp6,14 triliun. Total aset Rp14,87 triliun, menanjak dari akhir tahun sebelumnya Rp11,39 triliun. (*)
Related News
Kempit 65 Persen JML, Saham BUMI Auto Ngegas?
Akuisisi, BABY Izin Right Issue 238,57 Juta Lembar
KAEF Eksekusi Transaksi Rp3,49 T, Intip Detailnya
TPIA Rancang Obligasi Rp1,5 riliun, Ini Peruntukannya
Pelabuhan Semayang Jadi Sumber Cuan IPCC di Kalimantan Timur
Telkom Bidik Pangsa Pasar Fiber di Atas 25% Usai Lepas Aset ke Entitas





