EmitenNews.com -IHSG tampak gamang di sekitar Resistance 7100, membentuk candle serupa Hanging Man menyusul Shooting Star yang telah terjadi sebelumnya, semakin membuktikan bahwa tekanan jual di area 7100 memang lumayan besar. 

Menurut Head Of Research Nh Korindo Sekuritas Liza C. Suryanata, minat beli asing mulai picking up, mengumpulkan sebesar Rp543,26 miliar selama sepekan terakhir, menjumlahkan posisi YTD di angka Rp2,84 triliun. 

Riset HN Korindo menilai Uptrend IHSG yang tertib di atas MA10 tidak akan terganggu sekalipun harus pullback sejenak ke Support terdekat/MA10 sekitar angka level psikologis 7000. 

“Kondisi ini bisa gunakan momentum pelemahan tersebut sebagai kesempatan untuk buy on weaknesss,” ujar Liza.

BMRI Speculative Buy  Entry Level: 5900 Average Up >5950-6000 Target:  6200-6300 / 6450 / 6600. Stoploss: 5750

ITMG Speculative Buy Entry Level: 24550 Average UP >25200 Target : 25800 / 26400 / 28000-28200. Stoploss: 24400

SMGR Buy. Entry Level: 6550 Average Up >6600 Target: 6750-6800 / 7000 / 7150-7250 Stoploss:  6350

ASII Buy. Entry Level: 5750 Average Up >5850 Target:   6000 / 6250 / 6700 Stoploss:   5500.

HRTA Speculative Buy. Entry Level: 392 Average Up >400-404 Target: 418 / 464 / 500-505. Stoploss: 284.

Adapun sentimen yang juga menjadi perhatian para pelaku pasar adalah Dow Jones berakhir naik hari Jumat (1/12/23), karena tertekannya imbal hasil Treasury yang disebabkan oleh meningkatknya ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih cepat; bahkan Ketua The Fed Jerome Powell peringatkan agar tidak bertaruh “terlalu dini” pada penurunan suku bunga. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,8%, sementara S&P 500 menguat 0,6%, dan NASDAQ Composite bertambah 0,6%. S&P 500 mengakhiri hari di 4.594,63, level penutupan tertinggi untuk tahun ini, menyusul lonjakan di bulan November. Indeks MSCI untuk saham-saham di seluruh dunia naik 0,60%. Untuk minggu ini, indeks berada di jalur penguatan 0,9% yang menandai kenaikan minggu kelima berturut-turut, ini merupakan kenaikan beruntun terpanjang sejak lima minggu yang berakhir pada 5 November 2021.

Imbal hasil Treasury turun setelah Powell mengatakan bahwa terdapat risiko kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi dan perlambatan ekonomi yang melebihi batas yang diperlukan telah menjadi "lebih seimbang" dengan risiko tidak naiknya suku bunga yang cukup untuk mengendalikan inflasi. Untuk Treasury, obligasi 10 tahun turun 13,7 basis poin menjadi 4,213%, dari 4,35% pada hari Kamis. Obligasi bertenor 30 tahun terakhir turun 11,6 basis poin menjadi 4,3952% sementara obligasi bertenor 2 tahun terakhir turun 16 basis poin menjadi 4,5549%, dari 4,715%.

Pada hari Jumat kemarin, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan bahwa PMI manufaktur tidak berubah pada 46,7 di bulan lalu. Ini adalah bulan ke-13 berturut-turut PMI berada di bawah 50, mengindikasikan kontraksi di bidang manufaktur dan merupakan yang terpanjang sejak periode Agustus 2000 hingga Januari 2002.

Indeks dolar turun 0,232%, dengan euro turun 0,06% menjadi USD1,0879. Yen Jepang menguat 0,93% terhadap dolar AS pada 146,84 per dolar.

Harga minyak ditutup melemah lebih dari 2% untuk hari kedua berturut-turut, dengan pasar yang tidak yakin bahwa putaran terakhir pemangkasan produksi OPEC+ akan cukup untuk mengangkat harga dari pelemahan baru-baru ini. Minyak mentah AS ditutup turun 2,49% pada USD 74,07 per barel dan Brent berakhir di USD 78,88, turun 2,45%. OPEC+ menyetujui pengurangan produksi secara sukarela sebesar 900.000 barel per hari sebagai tambahan dari pengurangan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari yang telah dilakukan sebelumnya. 

Emas melonjak ke rekor tertinggi USD2,075.09, juga terangkat oleh ekspektasi bahwa the Fed telah selesai dengan pengetatan kebijakan moneternya dan dapat menurunkan suku bunga tahun depan. Emas spot naik 1,7% menjadi USD 2,071.21 per ons. Emas berjangka AS naik 1,62% menjadi USD 2.071,10 per ons.