EmitenNews.com— Demi memacu kinerjanya tahun ini PT Indika Energy Tbk (INDY) telah merealisasikan biaya modal alias capital expenditure (capex) senilai USD19,3 juta di semester pertama. 

 

Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan Group CEO INDY menyebut capex ini termasuk untuk anak usaha Indika seperti PT Kideco Jaya Agung (Kideco) sebesar USD3,7 juta, Interport sebesar USD1,3 juta, Indika Indonesia Resources sebesar USD1,4 juta, dan proyek Awakmas sebesar USD7,2 juta terkait dengan kegiatan eksplorasi pertambangan emas.

 

Selain biaya modal, INDY juga mengucurkan USD53,2 juta untuk investasi baru di sepanjang enam bulan pertama 2022. Sebagian besar investasi ini dialokasikan untuk Awakmas senilai USD34,0 juta, PT Indika Multi Properti (IMP) senilai USD8,5 juta, PT Ilectra Motor Group (IMG) senilai USD4,6 juta, dan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) sebesar USD5,1 juta.

 

Pada 28 Juli 2022, INDY telah menyelesaikan transaksi penjualan keseluruhan 704,01 juta saham yang mewakili 69,8% kepemilikan saham INDY di PT Petrosea Tbk (PTRO) kepada PT Caraka Reksa Optima (Caraka).

 

Berdasarkan PSAK 58, laba dan rugi PTRO tidak lagi dicantumkan dalam laporan keuangan indy untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2022. Seluruh aset dan liabilitas PTRO diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual dan disajikan secara terpisah dari aset dan liabilitas pada laporan posisi keuangan konsolidasi pada tanggal 30 Juni 2022.

 

"Penjualan saham Indika Energy di Petrosea merupakan langkah nyata perusahaan untuk mengurangi eksposur di bisnis batubara, sejalan dengan komitmen Indika Energy untuk mencapai 50% pendapatan dari sektor non-batubara pada tahun 2025 dan netral karbon pada tahun 2050," terang Azis.

 

Sebagai informasi, INDY mencatatkan laba bersih USD200,65 juta atau sekitar Rp2,98 triliun pada semester I/2022, melonjak 15 kali lipat. INDY membukukan pendapatan USD1,94 miliar atau sekitar Rp28,84 triliun (estimasi kurs Jisdor Rp14.882 per dolar AS pada 30 Juni 2022). Raihan pendapatan naik 66,49 persen year on year (yoy) dari USD1,16 miliar pada semester I/2021.

 

Pendapatan INDY ditopang penjualan batubara ekspor yang mencapai USD1,5 miliar per Juni 2022, sedangkan di dalam negeri hanya USD258,08 juta. INDY juga mencatatkan pendapatan kontrak dan jasa USD154,19 juta, dan perdagangan lainnya USD26,65 juta. Sementara itu, beban pokok INDY ikut naik menjadi USD1,27 miliar pada semester I/2022 dari USD905,74 juta pada semester I/2021.

 

Namun, laba kotor masih melonjak menjadi USD668,86 juta dari sebelumnya USD258,91 juta. INDY membukukan laba bersih USD200,65 juta atau sekitar Rp2,98 triliun pada semester I/2022, melonjak 1.517 persen dari USD12 juta pada semester I/2021.