Lalu Irwan Juga menambahkan, tantangan yang dihadapi saat ini adalah transisi dari pandemik ke non pandemik, penggunaan teknologi informasi yang tertinggal, literasi berbasis online mulai jenuh, recovery period, masyarakat kembali konsumtif vs investasi, tantangan investasi bodong berbasis teknologi dan tantangan efek negatif sosmed terhadap investasi.

 

Namun di tengah tantangan itu, Irwan juga menyebutkan bahwa peluang besar masih menanti pertumbuhan Pasar saham Syariah, seperti milenial semakin melek investasi, ruang tumbuh masih besar, penduduk muslim terbesar dan akses semakin mudah serta murah.

 

Tahun 2022 ini Pertumbuhan Investor saham syariah ditargetkan bakal mencapai 30 persen. Untuk mencapai target tersebut, Irwan mengatakan bahwa pihak regulator akan melakukan 400 kegiatan edukasi efek syariah yang bakal dilakukan secara online maupun offline.

 

Langkah-langkah untuk pengembangan di antaranya publikasi rutin data kinerja pasar modal syariah, kajian pengembangan aplikasi digital literasi, kajian pengembangan efek syariah, challenge program untuk ABSOTS, engagement program microsite IDX ISLAMIC dan tiktok IDX ISLAMIC.

 

Melalui terobosan Literasi, Inovasi dan Kolaborasi. Pasar Modal syariah juga saat ini telah menggandeng beberapa ormas Islam Seperti Nahdlatul Ulama (NU) melalui Badan Otonomnya yaitu Lembaga Dakwah NU (LDNU), Fatayat dan Ansor. Tak luput Irwan juga menyatakan bahwa PP Muhammadiyah dan beberapa ormas islam lain juga telah digandeng demi pengembangan ini, tutup Irwan Abdalloh.

 

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen menyebutkan bahwa per 1 April 2022, nilai kapitalisasi pasar saham yang masuk daftar Efek syariah sudah mencapai Rp4.254,50 triliun dan nilai outstanding sukuk korporasi sebesar Rp36,71 triliun. Sedangkan, nilai outstanding sukuk negara mencapai Rp1.127,15 triliun.