EmitenNews.com -PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan laba bersih Rp1,162 triliun dalam tiga bulan pertama tahun 2023, atau anjlok 48,9 persen dibanding periode sama tahun 2022 yang terbilang Rp2,275 triliun.

 

Akibatnya, laba per saham dasar turun ke level Rp101 per lembar, sedangkan akhir Maret 2022 berada di level Rp198.

 

Padahal  pendapatan tumbuh 21,3 persen  dibanding kuartal I 2022 menjadi Rp9,957 triliun. Rinciannya, penjualan batu bara kepada pihak ketiga meningkat 18,2 persen menjadi Rp5,387 triliun. Senada, penjualan batu bara kepada pihak berelasi naik 26,2 persen menjadi Rp4,454 triliun.

 

Adapun pembeli dari pihak berelasi itu, PLN sebesar Rp2,197 triliun atau melonjak 266 persen dibanding kuartal I 2022. Tapi  penjualan kepada MIND ID Trading Pte Ltd anjlok 37,4 persen sisa Rp1,115 triliun.

 

Sayangnya, beban pokok pendapatan bengkak 66,1 persen menjadi Rp7,899 triliun. Pemicunya, biaya jasa penambangan melonjak 40,8 persen menjadi Rp2,093 triliun. Senasib, jasa angkutan kereta api naik 59,7 persen menjadi Rp2,051 triliun.

 

Bahkan pembayaran royalti kepada pemerintah melambung 165 persen menjadi Rp1,298 triliun. Dampaknya, laba kotor merosot 40,3 persen menjadi Rp2,057 triliun.

 

Mengutip siaran pers emiten batu bara BUMN itu pada minggu lalu, bahwa PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja positif. Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal.

 

PTBA menargetkan produksi batu bara menjadi 41,0 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11 persen dari hasil tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton dengan Target angkutan pada 2023 meningkat menjadi 32,0 juta ton atau naik 11 persen dari realisasi angkutan tahun 2022 yang sebesar 28,8 juta ton. Terkait volume penjualan batu bara 2023, perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30 persen dari realisasi penjualan batu bara tahun 2022 yang sebesar 31,7 juta ton.