EmitenNews.com Kendati tingkat literasi dan inklusi masyarakat Indonesia terhadap pasar modal syariah masih rendah, namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa saat ini nilai kapitalisasi pasar saham yang masuk dalam daftar Efek syariah sudah mencapai Rp4.254,5 triliun.

 

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen di Jakarta, Selasa (12/4), dalam hasil Survei Nasional Pasar Modal Syariah yang dilakukan OJK pada 2021, tingkat literasi dan inklusi masyarakat terhadap pasar modal syariah masih-masing sebesar 15 persen dan 4 persen.

 

Survei yang melibatkan 5.106 responden tersebut juga menunjukkan bahwa hanya satu dari sepuluh orang responden yang pernah menggunakan instrumen pasar modal. Kondisi ini masih jauh di bawah hasil survei terhadap industri perbankan yang sebanyak empat dari lima responden pernah menggunakan layanan bank.

 

"Berbagai data tersebut menunjukkan bahwa masih cukup banyak ruang atau potensi dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal syariah Indonesia," kata Hoesen dalam talkshow "25 Tahun Perjalanan Pasar Modal Syariah Indonesia".

 

Meski begitu, menurut Hoesen, per 1 April 2022, nilai kapitalisasi pasar saham yang masuk daftar Efek syariah sudah mencapai Rp4.254,50 triliun dan nilai outstanding sukuk korporasi sebesar Rp36,71 triliun. Sedangkan, nilai outstanding sukuk negara mencapai Rp1.127,15 triliun.

 

"Namun demikian, kita tidak boleh berpuas diri, karena masih banyak sekali tantangan ke depan yang harus dihadapi. Dinamika pasar dan isu global seperti perkembangan fintech dan sustainability finance, membawa dampak yang cukup signifikan terhadap industri pasar modal domestik," tuturnya.

 

Maka, lanjut Hoesen, saat ini fokus yang harus dicapai industri pasar modal domestik adalah peningkatan jumlah sumber daya manusia yang berkualitas, pengembangan variasi produk dan dukungan infrastruktur yang memadai.

 

Disisi lain market share yang masih rendah serta pemenuhan sumber daya manusia (SDM) yang belum optimal menjadi tantangan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. "Terdapat beberapa hal yang menjadi tantangan khususnya ketika kita berbicara pengembangan ekonomi dan keuangan syariah," kata Kepala Bagian Edukasi Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Primandanu Febriyan Aziz dalam Webinar Indef di Jakarta, Selasa.

 

Market share pengembangan ekonomi dan keuangan syariah rendah karena hingga Desember 2021 hanya memiliki porsi 10,16 persen sedangkan pemenuhan SDM belum optimal karena tingginya kebutuhan ahli keuangan syariah. Selain market share dan SDM, Danu menuturkan tingkat literasi keuangan yang masih rendah juga menjadi tantangan dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.