EmitenNews.com -Geliat investasi di Indonesia terus bertumbuh dengan pesat. Bursa Efek Indonesia pada hari Jumat 6 Oktober 2023, kembali mencatatkan rekor IPO yang bertahan selama 33 tahun setelah 2 emiten baru resmi diselenggarakan acara Seremoni Pencatatan Perdana Saham PT Kokoh Exa Nusantara Tbk, sebagai Perusahaan Tercatat ke-67 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2023 dan PT Sumber Sinergi Makmur Tbk sebagai Perusahaan Tercatat ke-68 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2023.

 

Kedua emiten tersebut menandai pecahnya rekor pencatatan (IPO) terbanyak sepanjang masa, yakni 66 perusahaan pada tahun 1990. 

 

Data Bursa Efek Indonesia mencatat hingga terupdate telah ada 67 emiten yang melantai di BEI dengan dana yang dihimpun sebesar Rp49,4 triliun.

 

Sedangkan kapitalisasi pasar saham Indonesia sampai 29 September telah mencapai Rp10.265 triliun, tumbuh sudah 419 kali lebih melonjak sejak swastanisasi BEI pada tahun 1992. Level tertinggi kapitalisasi pasar saham terjadi pada 22 September 2023 di angka Rp10.319 triliun. Sedangkan pada akhir tahun 2022 hanya mencapai Rp9.499,14 triliun.

 

Mengutip data Statistik Pasar Modal per 29 September, IHSG berakhir pada level 6.939,89, menguat dibanding akhir tahun lalu yang berhenti pada level 6.850,62. All Time High IHSG terjadi pada 13 September 2023 di level 7.318,02.

 

Kemudian jumlah total perusahaan sepanjang tahun berjalan tercatat di Bursa Efek Indonesia juga meningkat menjadi 892 emiten. Jumlah ini meningkat dibandingkan 825 emiten yang tercatat pada akhir tahun lalu.

 

Jumlah perusahaan baru yang telah melakukan pencatatan saham perdana di bursa alias IPO sepanjang tahun berjalan telah mencapai 68 emiten. Sementara tahun 2022 total ada 59 emiten yang melakukan IPO. Tahun lalu tidak ada perusahaan terbuka yang delisting dari BEI, sementara tahun ini sudah ada 1 perusahaan yang delisting.

 

Volume transaksi saham mencapai 2,99 triliun saham. Masih lebih kecil dibandingkan 5,88 triliun saham pada akhir 2022. Nilai perdagangan saham mencapai Rp1.677,69 triliun, jelas lebih kecil dibanding akhir lalu yang mencapai Rp3.617,90 triliun.

 

Frekuensi transaksi per 29 September sudah mencapai 1,17 juta transaksi, tumbuh signifikan 1.162 kali dibandingkan pada tahun 1992 sejak swastanisasi BEI.