EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (24/1) dibuka melemah setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu turun tajam.
 Penurunan indeks saham Wall Street karena tertekan oleh aksi jual atas saham-saham di sektor teknologi di tengah laporan laba yang kurang solid dan prospek kenaikan suku bunga di AS.
 
 Sepanjang minggu lalu, S&P 500 jatuh 5.7%, DJIA turun 4.6% dan NASDAQ terpangkas 7.6%. Bagi S&P 500 dan NASDAQ, ini adalah persentase penurunan indeks saham mingguan terbesar sejak awal pecahnya pandemik di bulan Maret 2020.
 
 Indeks S&P 500 sudah mencatatkan penurunan mingguan selama 3 kali beruntun dan telah menciut 8.3% dari level penutupan tertingginya yang terjadi di awal tahun ini. 
 
 Sementara itu, NASDAQ telah merosot 14.3% dari level penutupan tertingginya pada bulan November 2021 dan pada hari Jumat di tutup di level terendah sejak bulan Juni 2021.
 
 DJIA telah melemah selama 6 hari beruntun, rangkaian penurunan terpanjang sejak Februari 2020.
 
 Analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha, memperkirakan fokus perhatian investor masih tertuju pada pertemuan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve) minggu ini untuk mendapat kejelasan mengenai rencana Federal Reseve memperketat kebijakan moneter di bulan-bulan mendatang.
 
 "Dengan ekspektasi Federal Reserve akan menaikkan suku bunga secara agresif hingga 4 kali tahun ini dan langsung di susul dengan penciutan Neraca (Balance Sheet) bank sentral, investor semakin merasa khawatir akan terjadinya penurunan aktifitas ekonomi secara drastis (hard landing)," katanya.
 
 Besarnya permintaan terhadap aset- asset yang di anggap aman (safe-haven) telah mendorong imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun turun 9.4 bps menjadi 1.74%. Jauh lebih rendah dari 1.90% pada hari Rabu yang juga merupakan level tertinggi dalam dua tahun sehingga yield US Treasury note bertenor 10 tahun mencatatkan penurunan mingguan pertama dalam 5 minggu terakhir.
 
 Di pasar komoditas, harga minyak mentah mencatatkan kenaikan selama 5 minggu beruntun di tengah ketegangan geopolitik yang mengancam kelangkaan lebih besar lagi pada pasokan minyak dunia serta permintaan minyak yang masih tetap kuat meskipun varian Omicron menular dengan sangat cepat. 
 
 Di perdagangan di BEI hari ini Phintraco memperkirakan IHSG cenderung bearish di rentang 6.645 - 6.765. Berikut data teknikal saham-saham yang diunggulkan.
 
 UNTR 
 Short Term Trend : Bullish 
 Medium Term Trend : Bullish 
 Trade Buy : 23500 
 Target Price 1 : 24375
 Target Price 2 : 24750
 Stop Loss : 22625
 
 BFIN 
 Short Term Trend : Bearish
 Medium Term Trend : Bullish 
 Trade Buy : 1265
 Target Price 1 : 1325
 Target Price 2 : 1360
 Stop Loss : 1205
 
 HMSP 
 Short Term Trend : Bearish 
 Medium Term Trend : Bearish 
 Trade Buy : 955 
 Target Price 1 : 965
 Target Price 2 : 975
 Stop Loss : 945.(fj)
Related News
                            Ternyata Tak Bahas Kereta Cepat, Jonan Puja-Puji Program Prabowo
                            IHSG Ambruk 0,40%, Saham Properti dan Teknologi Jadi Beban
                            User Baru PINTU Dongkrak Volume Token DEX Naik Hampir 500%
                            BI Ingatkan Risiko Fraud dan Scam Makin Kompleks Manfaatkan AI
                            IHSG Ngacir lagi 0,26 Persen ke Level 8.296 di Sesi I
                            Presiden Instruksikan Peningkatan Transportasi Berbasis Kereta Api
                    
                
                
            
                                
                            
                
                    
                    
                    
                    
                    
                    
                    
            
            




