Ketua LPS Anggap IMF Selalu Keliru Soal Proyeksi Ekonomi

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. dok. iNews.
EmitenNews.com - Jangan mudah percaya dengan proyeksi ekonomi yang dikeluarkan Dana Moneter Internasional atau IMF. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menganggap IMF selalu keliru dalam memproyeksikan ekonomi suatu negara, bahkan proyeksi untuk laju pertumbuhan ekonomi global selalu keliru. Karena itu, ia menyebut lembaga keuangan dunia itu, bodoh.
"Menurut saya IMF bodoh. Kalau enggak percaya lihat track recordnya," kata Purbaya Yudhi Sadewa dalam acara CNBC Investment Forum 2025 di Jakarta, Jumat (16/5/2025).
Purbaya Yudhi Sadewa mencontohkan, pada 2019, IMF memproyeksikan ekonomi dunia hanya akan tumbuh 2,5%, tapi nyatanya mampu tumbuh hingga 4,5%. Lalu, pada 2020, proyeksinya 0,5% sedangkan kenyataannya minus 2,1%.
"Artinya IMF menganggap kita tidur. Prediksi mereka terlalu pesimistik. Jadi, jangan percaya IMF, tanya saya saja," ungkap Purbaya Yudhi Sadewa.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan mencapai 5% pada tahun ini maupun sampai 2026. Melalui forecast terbaru termuat dalam World Economic Outlook (WEF) edisi April 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,7% pada 2025-2026.
Proyeksi itu merevisi ke bawah perkirakan pertumbuhan ekonomi sebelumnya dalam WEF edisi Januari 2025. Saat itu, IMF memprediksi ekonomi RI masih bisa tumbuh sebesar 5,1% pada tahun ini dan 2026.
Penurunan proyeksi ini serupa dengan perlambatan ekonomi secara global akibat perang tarif dagang tinggi, yang pertama kali diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap negara-negara mitra dagang utamanya. Lalu, dibalas China dengan tarif resiprokal yang juga tinggi.
"Jika terus berlanjut, kenaikan tarif yang tiba-tiba dan ketidakpastian yang menyertainya akan memperlambat pertumbuhan global secara signifikan," kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas saat konferensi pers Selasa (22/4/2025) malam.
Untuk inflasi, IMF memperkirakan, di Indonesia akan terjadi pelemahan signifikan, dari 2024 sebesar 2,3% menjadi hanya 1,7% pada 2025, meski pada 2026 kembali naik ke level 2,5%.
Transaksi berjalan atau current account balance, IMF perkirakan Indonesia akan defisit makin dalam dari 0,6% pada 2024 menjadi 1,5% pada 2025 dan berlanjut pada 2026 sebesar 1,6%.
Dari sisi pengangguran, persentase perkiraannya akan mengalami kenaikan bertahap, dari 2024 hanya sebesar 4,9%, menjadi 5% pada 2025, dan 5,1% pada 2026.
Proyeksi IMF terbaru ini terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan lebih rendah dibanding realisasi pada 2024 yang masih mampu tumbuh di kisaran 5%.
Dibanding negara tetangga atau emerging market lainnya, ekonomi Indonesia masih lebih rendah dari Filipina dan Vietnam, walaupun juga sama-sama ada penurunan proyeksi untuk 2025.
Filipina misalnya, IMF proyeksi hanya akan tumbuh 5,5% pada 2025, dari sebelumnya pada 2024 mampu tumbuh 5,7%. Namun, pada 2028, IMF ramal ekonomi Filipina akan bangkit dengan pertumbuhan 5,8% pada 2026.
Sedangkan Vietnam, menurut IMF, ekonominya berpotensi drop menjadi hanya akan tumbuh 5,2% pada 2025 dari proyeksi realisasi pada 2024 yang tumbuh 7,1%. Efek pengenaan tarif perdagangan oleh AS akan terus memperdalam laju perlambatan ekonomi Vietnam hingga 2026 menjadi hanya akan tumbuh 4%.
Malaysia, sebagai negara tetangga RI, juga IMF perkirakan hanya akan tumbuh 4,1% pada 2025 dari sebelumnya 5,1% pada 2024. Pada 2026 proyeksi dari IMF semakin rendah terhadap pertumbuhan ekonomi Malaysia, menjadi hanya 3,8%.
Untuk China, pertumbuhan ekonominya hanya akan mencapai 4% pada 2025-2026. Itu berarti, lebih lambat dari realisasi pertumbuhan GDP pada 2024 yang masih mampu tumbuh 5 persen. ***
Related News

OJK Bongkar Sindikat Investasi Bodong Morgan Asset, Kerugian Rp18M

OJK Ungkap Afiliasi Asing Tiga Pedagang Aset Kripto, Ini Datanya

Hingga Akhir April, Total Kerugian dari Penipuan Keuangan Rp2,1T

Kurangi Dominasi USD, ASEAN Sepakat Nexus jadi Sistem Pembayaran

Bappebti Terbitkan Kontrak Komoditas EBT di Bursa Berjangka

Pansel WK Komisaris LPS Akan Bekerja 20 Hari untuk Pilih 3 Calon