Industri logistik, sambung Rudy, menyimpan potensi yang besar bagi pengembangan bisnis ZBRA ke depan. Sebagai langkah transformasi lanjutan, ZBRA akan melebarkan sayap ke segmen third party logistics menyasar pasar swasta maupun bermitra dengan pemerintah.

 

Rudy menjelaskan, bisnis distribusi bisa mencetak revenue besar, namun cenderung kecil dari sisi bottom line. Sedangkan third party logistics memberi revenue yang lebih mini, tapi lebih jumbo menghasilkan bottom line. "Kombinasi ini akan menghasilkan kinerja yang optimal bagi kami," tambahnya.

 

Transformasi selanjutnya, ZBRA mengembangkan digital marketplace untuk sektor bisnis transportasi bernama D'PORT, yang sudah melalui tahap soft launching. Rudy bilang, D'PORT menjadi bagian dari strategi digitalisasi ZBRA.

 

D'PORT akan mempertemukan pemilik truk dan pengguna jasa. Model kerjanya akan serupa dengan Uber dalam transportasi kota atau Airbnb dalam industri akomodasi penginapan.

 

"Misalnya, truk dari Jakarta ke Surabaya muatan penuh, tapi pulangnya kosong. Aplikasi D'PORT memungkinkan (pemilik truk) meng-upload kapasitas yang kosong untuk bertemu dengan pengguna jasa," jelas Rudy.

 

Dengan begitu, kondisi idle atau muatan kosong truk bisa dikurangi. Menurut Rudy, hal ini akan menjadi terobosan untuk meningkatkan efisiensi di industri logistik secara signifikan.

 

Rudy meyakini, pengembangan bisnis di third party logistics dan D'PORT bisa menopang kinerja ZBRA secara berkesinambungan. Sedangkan untuk tahun ini, ZBRA tidak mematok target yang muluk-muluk. 

 

Penjualan dan laba bersih ZBRA diproyeksikan tumbuh pada level high single digit atau low double digit. "Pertumbuhan perusahaan tidak bisa dinilai dari satu tahun. Kami lakukan transformasi mulai tahun 2021 sampai akhir 2024," tandas Rudy.