EmitenNews.com - PT Global Digital Niaga alias Blibli (BELI) mengantongi dana Initial public offering (PO) sekitar Rp8 triliun setara USD513 juta. Dana taktis itu, didapat dari penuntasan penawaran umum perdana saham maksimal 17,77 miliar helai pada harga Rp450 per lembar. 


Blibli mengalokasikan Rp5,5 triliun dana hasil IPO untuk pembayaran utang kepada Bank Central Asia (BBCA), dan Bank BTPN (BTPN). Manajemen Blibli menjelaskan, pinjaman itu berupa fasilitas pembiayaan akan dilunasi setelah gelaran IPO tuntas. ”Utang itu sejatinya fasilitas pembiayaan sudah ada sebelumnya. Kala kami meneken perjanjian kredit, pelunasan dilakukan saat melakukan aksi korporasi,” utur Hendry, CFO & Co-founder Global Digital Niaga.


Nilai pinjaman terutang pada bank BCA Rp2,9 triliun, dan BTN Rp2,9 triliun. Soa, total pinjaman kepada kedua bank itu senilai Rp5,8 triliun. Nah, pelunasan utang melalui dana hasil IPO kepada masing-masing bank itu Rp2,7 triliun atau total Rp5,5 triliun. Lalu, sisanya akan dibayar memakai kas internal perseroan.


Menilik pendanaan itu, manajemen Blibli memandang ada kepercayaan dari lembaga perbankan dengan bisnis modal usaha di bawah panji Djarum Group tersebut. ”Kami ke depan mampu melakukan pembayaran. Ini pertanda ada kepercayaan dari pihak lain atas bisnis model kami,” tegas Hendry.


Pagi tadi, Blibli listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penawaran umum saham perdana itu, mendapat dukungan, dan minat kuat berbagai investor domestik dan internasional. Terdiri dari sovereign wealth funds (SWF), long-only funds, multi-strategy funds, private wealth management, dan lainnya. Antusiasme investor berhasil mencatat tingkat kelebihan permintaan (oversubscription) mencapai 4,4 kali lipat pada penjatahan terpusat (pooling portion). Kondisi itu, menyebabkan peningkatan jumlah alokasi penjatahan terpusat dari 2,5 persen menjadi 5,0 persen.


CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto mengapresiasi seluruh investor, baik institusi maupun ritel (individu) telah berinvestasi di Blibli. “Ini awal dari tonggak sejarah baru perjalanan Blibli. Dengan IPO, kami makin dekat menuju visi menjadi platform omnichannel perdagangan, gaya hidup terdepan, dan terpercaya bagi seluruh pelanggan. Kami juga mengapresiasi seluruh elemen telah mendukung sejak hari pertama proses IPO,” ucap Kusumo. 


Dengan total kapitalisasi pasar Rp53,3 triliun setara USD3,4 miliar, Blibli satu-satunya internet-unicorn di Kawasan Asia Pasifik melantai di pasar modal sejak Mei 20222, dan merupakan internet-unicorn terbesar kedua Asia Pasifik melakukan IPO sepanjang 20222. Itu juga IPO terbesar kedua sepanjang 2022, dan IPO terbesar kelima sepanjang sejarah Indonesia. Perseroan berhasil menyelesaikan IPO di tengah kondisi pasar saham bergejolak dan aksi jual luas sektor teknologi. 


Komisaris Utama Blibli, Martin Basuki Hartono mengatakan aksi korporasi itu salah satu komitmen Blibli terus berkontribusi terhadap perekonomian digital Indonesia. ”Kami berharap meningkatkan kepercayaan investor terhadap sektor teknologi di Indonesia, dan membawa efek positif terhadap perekonomian digital di dalam negeri,” harap Martin. 


Dana bersih hasil IPO untuk pelunasan utang, dan modal kerja. Pada hajatan IPO itu, Blibli dibantu Credit Suisse (Singapore) Limited dan Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte sebagai Joint Global Coordinators (JGC). PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek alias Joint Lead Underwriters (JLU). PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia, dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia bersama dengan sindikasi lain bertindak sebagai penjamin emisi efek. (*)