EmitenNews.com - PT Map Aktif Adiperkasa (MAPA) sepanjang 2021 mencatat pendapatan Rp6 triliun. Melesat 26,4 persen dari periode sama 2020 sekitar Rp4,8 triliun. Margin laba kotor naik 280 basis points (bps) menjadi 42,8 persen dari periode sama 2020 sekitar 40 persen.


Beban pokok penjualan naik 67,13 persen menjadi Rp4,78 triliun dari edisi sama 2020 sejumlah Rp2,86 triliun. Laba usaha tumbuh 499,1 persen menjadi Rp479,5 miliar dari periode sama 2020 senilai Rp80 miliar. Sementara itu, EBITDA menanjak 56,5 persen menjadi Rp1,1 triliun dari periode sama 2020 sebesar Rp704,4 miliar.


Sedang Laba Bersih terkumpul Rp230,4 miliar, melesat 5.258 persen dari periode sama 2020 sejumlah Rp4,3 miliar. Sepanjang kuartal IV-2021, Map Aktif mencatat pendapatan naik 140,9 persen menjadi Rp2,2 triliun dari kuartal II-2021 sekitar Rp930,8 miliar. EBITDA naik menjadi Rp551 miliar dari Rp55,6 miliar.


VP Investor Relations, Corporate Communications and Sustainability MAP Group Ratih D. Gianda menyebut kuartal IV-2021 menjadi momentum kategori produk running, golf, gaya hidup, dan anak-anak karena konsumen menunjukkan antusiasme belanja selama periode liburan.


Selain itu, lonjakan pada pendapatan menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi pada inventory secara keseluruhan, dengan level inventory days berada pada level terbaiknya sejak awal pandemi. ”Kinerja itu menunjukkan langkah besar pemulihan perusahaan dari pandemi,” tutur Ratih, Senin (11/4).


Map Aktif telah menyiapkan bisnis untuk mencapai pertumbuhan lebih tinggi pada 2022. Dengan program CRM MAP CLUB, peningkatan berkelanjutan pada pemahaman kebutuhan setiap anggota, dengan produk berdasar usia, gender, dan brand favorit terus dilakukan. 


Sepanjang kuartal IV-2021, perusahaan telah membuka 24 gerai di Indonesia, 8 gerai di Filipina, dan 5 gerai di Vietnam antara lain untuk merek Skechers, Converse, FitFlop, Lego, Dr. Martens, dan New Balance. Sebuah kanal online untuk Converse serta sejumlah online marketplace pihak ketiga juga diluncurkan.


Meski demikian, Ratih mengingatkan masih ada ketidakpastian akibat Covid-19, khususnya dengan adanya ledakan kasus Omicron di Asia Tenggara. Itu menimbulkan dampak terutama pada rantai pasok global dari para supplier dan jasa logistik. Jadi, ada potensi dampak pada bisnis semester pertama 2022, termasuk kemungkinan penutupan gerai dalam kawasan tersebut. (*)