Kesimpulannya, ASEAN, termasuk Indonesia, tampaknya sudah mulai memasuki fase normal pasca pandemi. Salah satunya berkat stimulus yang masif terhadap penerapan kebijakan publik. Di masa depan, meski laju pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak akan bergulir mulus, Indonesia dan negara-negara ASEAN lain akan terbebas dari resesi berkat fundamental ekonomi yang solid. Negara-negara ASEAN justru akan mampu melalui masa ‘transisi besar’ pasca pandemi dengan selamat.

 

CEO Center for Market Education Carmelo Ferlito menjabarkan dari sisi Indeks kepercayaan mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia. Ekspektasi dan kepercayaan berperan penting dalam menyusun analisis ekonomi. Pasalnya, ekonomi bukan semata-mata berbicara tentang hal-hal yang sifatnya material (tangible), melainkan juga berbicara tentang manusia, makna keberadaan mereka, serta makna dari tingkah laku mereka. Cara seorang individu membangun masa depan juga ditentukan oleh ekspektasi yang mereka miliki, serta cara mereka menginterpretasikannya.

 

Status kepercayaan yang dituangkan dalam bentuk indeks merupakan sebuah indikator yang mencerminkan kondisi perekonomian di Indonesia. Indeks kepercayaan yang dimaksud, antara lain adalah indeks kepercayaan konsumen (Consumer Confidence Index), indeks kepercayaan bisnis atau BCI (Business Confidence Index), dan indeks kepercayaan manajer pembelian atau PMI (Purchasing Manager’s Index).

 

Bank Indonesia membagi indeks kepercayaan konsumen menjadi tiga, yaitu CCI (Consumer Confidence Index), CECI (Current Economic Condition Index), dan CEI (Consumer Expectation Index). Angka CECI mengalami penurunan terbesar di awal masa pandemi dan di awal masa lockdown. Kepercayaan publik menurun sebagai akibat dari kurangnya konsistensi pemerintah dalam menyusun kebijakan, serta adanya perbedaan skala penerapan kebijakan di berbagai lapisan masyarakat. Di luar waktu tersebut, angkanya kembali relatif stabil.

 

Indikator nilai PMI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia didasari oleh lima hal, yaitu volume produksi, volume pesanan, kecepatan pengiriman, inventarisasi, dan pekerja. Indeks PMI di atas 50 mengindikasikan perluasan ekonomi, sedangkan nilai di bawah 50 mengindikasikan adanya kontraksi. Selama tahun 2020, PMI Indonesia secara konstan ada di bawah 50. Angkanya baru mulai naik di atas 50 pada Q1, Q2, dan Q4 tahun 2021, dengan penurunan pada Q3, ketika diberlakukan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

 

Ada dua hal yang memengaruhi tingkat ekspektasi publik. Pertama, skenario dan situasi perdagangan internasional. Kedua, keputusan dalam pembuatan kebijakan fiskal dan moneter. Terkait hal ini, untuk menghindari kesalahan interpretasi, maka upaya mengatasi masalah (misalnya, masalah kelebihan pasokan uang), harus dikomunikasikan dengan baik oleh pemerintah kepada masyarakat. Perlu dipilih pula jalur komunikasi resmi yang tepat, karena nantinya akan berperan sebagai elemen penghubung utama antara ekspektasi dan performa ekonomi.

 

President Center for Market Education - ID Chandra Rambey menyatakan untuk Hotel menjadi sektor paling cepat pulih, perkantoran mengalami tekanan. Sektor real estate bisa memberikan indikasi tentang tren ekonomi masa mendatang. Berbagai kajian menyebutkan adanya relasi yang cukup kuat antara krisis ekonomi dan real estate. Berdasarkan penelitian panjang di Amerika, disimpulkan bahwa setiap krisis ekonomi diawali oleh penurunan investasi dan penurunan penjualan di bidang properti.

 

Krisis ekonomi dihadapkan pada dua kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan moneter yang lemah justru akan menambah housing bubble. Masyarakat akan tetap membeli rumah, padahal tidak punya kemampuan yang cukup. Sedangkan krisis terus berjalan, sehingga kemampuan mereka dalam menyelesaikan kewajiban juga menurun.Sementara itu, kebijakan fiskal memberi keleluasaan kepada masyarakat untuk menambah jumlah utang, yang pada akhirnya juga berdampak pada kemampuan mereka dalam menyelesaikan kewajiban.

 

Saat ini tingkat suku bunga cenderung naik, karena Bank Indonesia berusaha menahan laju inflasi. Namun, hal tersebut justru memukul para pengembang atau pelaku industri properti. Kenaikan suku bunga akan mengurangi tingkat pembelian dan investasi di sektor properti. Akibatnya, housing bubble kembali terjadi.