EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak sideways. Mengekor gerak bursa Asia dengan kecenderungan melemah. Itu terjadi karena koreksi harga minyak bumi, hasil rilis data inflasi Indonesia cukup tinggi pekan lalu.
”IHSG akan bergerak pada rentang support 7.040, dan resisten 7.110,” tutur Alwin Rusli, Research Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Senin (4/4).
Meski IHSG mencetak level tertinggi, namun bentuk candle menjadi tidak mendukung penguatan. Level resistance 7.100 gagal ditembus menjadi ancaman pullback bagi IHSG, dengan support saat ini di level 7.035 terbentuk dari fibonacci. Sejumlah saham berpotensi naik antara lain SILO, BTPS, ASII, MDKA, INCO, ANTM, PTBA, MNCN, ASRI, BRPT, TPIA, INDY, dan BVIC.
Akhir pekan lalu, IHSG menguat 0,10 persen menjadi 7.078,76. Sektor pendorong kenaikan IHSG yaitu industri naik 1,19 persen, material dasar menguat 0,87 persen, dan energi surplus 0,75 persen. Sementara investor asing membukukan net buy Rp1,28 triliun dengan saham-saham paling banyak diburu BBRI, TLKM, dan BBNI.
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street menguat ditopang optimisme pasar memasuki kuartal baru, dan penurunan harga minyak mentah karena Presiden Biden berencana melepaskan cadangan minyak strategis lebih banyak. Sejumlah indeks bursa Asia relatif sideways. Nikkei minus 0,03 persen, dan Kospi naik 0,15 persen. (*)
Related News

Produksi Migas PHE Tumbuh 5% dalam Tiga Tahun Terakhir

Perkuat Struktur, Kemenkeu Bentuk Tiga Unit Baru Strategis

RI-Singapura Gelontorkan USD10 Miliar Garap Energi Hijau

IHSG Ditutup Turun 0,68 Persen, 3 Saham LQ45 Ini Pemicunya

Pelanggan KA Panoramic Januari-Mei 2025 Bertambah 34,38 Persen

Kemenperin Inisiasi Siprosatu, Percepat Digitalisasi Industri Sawit