Menilik Kinerja Emiten Retail Otomotif Menjelang Tutup Tahun 2024
Dedi Navia. Dok/EmitenNews
EmitenNews.com -Di tengah kondisi ekonomi dalam negeri yang mengalami penurunan, seperti daya beli masyarakat yang turun sehingga menyebabkan deflasi 5 bulan beruntun pada bulan Mei-September 2024, kondisi geopolitik global yang memanas, cukup menarik bagi kita untuk melihat kinerja dari emiten retail otomotif mengingat Indonesia merupakan salah satu pasar otomotif favorit di dunia.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat enam perusahaan sektor retail otomotif yang terdaftar, yaitu PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC), PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA), PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS), PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Putra Mandiri Jembar Tbk (PMJS).
Pada kuartal-III 2024, enam emiten retail otomotif tersebut mempunyai kapitalisasi pasar di atas 1 triliun dengan IMAS yang mempunyai market cap terbesar yaitu Rp5,21 triliun,-. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk dengan kode IMAS tersebut mempunyai jaringan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagi merk kendaraan, melayani layanan after sales, dan pembiayaan kendaraan bermotor. IMAS mempunyai 3.994.291.039 lembar saham yang terdaftar di bursa dengan harga Rp 1.305 per lembar pada kuartal-III 2024. Harga saham IMAS masih di bawah book value yaitu Rp 3.262,-. Asset perusahaan sendiri tumbuh 8,08% pada Q3 2024 dari Rp 62,91 triliun, menjadi Rp67,99 triliun, hal ini disebabkan peningkatan liability perusahaan naik 10,73% dari Rp47,44 triliun, menjadi Rp52,53 triliun dan penurunan equity 0,72% menjadi Rp13,02 triliun Cash dari IMAS sendiri masih cukup tebal yaitu Rp 1,59 triliun.
Pada kuartal-III 2024 revenue IMAS turun 0,98% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari Rp21,93 triliunmenjadi Rp21,71 triliun, penurunan revenue ini disebabkan penjualan kendaraan yang turun 10,42% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan revenue dari layanan after sales, pembiayaan kendaraan, sewa kendaraan, dan penjualan suku cadang masih naik meskipun tidak signifikan. Penurunan revenue dan beban keuangan lah yang menyebabkan IMAS mengalami nett loss pada kuartal-III 2024 sebesar minus Rp69,85 triliun sedangkan pada kuartal-III 2023 IMAS mengalami nett profit sebesar Rp447,34 miliar.
Pemilik market cap terbesar kedua untuk retail otomotif yaitu PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk dengan kode MPMX dengan nilai market cap sebesar Rp4,574 triliun. Bisnis MPMX sendiri meliputi penjualan kendaraan bermotor dengan jaringan dealer kendaraan bermotor yang tersebar di seluruh Indonesia, asuransi kendaraan, jasa sewa kendaraan, dan pembiayaan pembelian kendaraan bermotor. MPMX mempunyai 4.462.963.276 lembar saham yang terdaftar di bursa dengan harga saham Rp 1.025,- pada kuartal-III 2024. Harga tersebut masih di bawah book value yaitu Rp 1.359,- .
Asset MPMX tumbuh 4,53% pada kuartal-III 2024 dari Rp8,59 triliun menjadi Rp8,98 triliun. Hal ini disebabkan peningkatan liability perusahaan pada Q3 2024 sebesar 17,54% dari Rp2,487 triliun menjadi Rp2,923 triliun dan penurunan equity 0,76% menjadi Rp6,065 triliun Cash MPMX sendiri merupakan yang paling tebal dibandingkan emiten retail otomotif yang lain yaitu Rp 2,717 triliun. Revenue MPMX pada kuartal-III 2024 naik 12,70% dibandingkan tahun lalu.
Peningkatan revenue ini diperoleh dari penjualan sepeda motor naik 12,73% dan asuransi kendaraan naik 11,00%. Hal ini yang membuat nett profit MPMX naik 7,85% menjadi Rp 451,38 miliar. EBIT MPMX sendiri yang paling besar dibandingkan emiten retail otomotif yang lain yaitu laba operasional 434 kali dibandingkan beban bunga dan keuangan perusahaan.
Pemilik market cap terbesar ketiga emiten retail otomotif yaitu PT Bintang Oto Global Tbk dengan kode BOGA. Nilai market cap BOGA yaitu Rp3,213 triliun. Emiten BOGA bergerak di bidang penjualan mobil merk Honda dengan jaringan dealer yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. BOGA mempunyai 3.803.526.210 lembar saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pada kuartal-III 2024 asset BOGA naik 2,11% menjadi Rp842,68 miliar dengan liability naik 4,53% menjadi Rp353,39 miliar dan equity naik 0,44% menjadi Rp489,10 miliar. Cash BOGA sendiri sebesar Rp99,62 miliar.
Revenue BOGA turun 23,36% pada kuartal-III 2024, dari Rp659,16 miliar menjadi Rp505,16 miliar dikarenakan penurunan penjualan kendaraan. Hal ini yang menyebabkan nett profit BOGA turun hingga 79,26% dari Rp10,39 miliar menjadi Rp2,15 miliar.
Pemilik market cap terbesar keempat yaitu PMJS. Perusahaan dengan nama lengkap PT Putra Mandiri Jembar Tbk ini bergerak di bidang penjualan kendaraan dengan jaringan dealer Dipo yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia untuk merk Mitsubishi, Nissan dan Mercedes-Benz. Selain itu PMJS mempunyai beberapa kegiatan usaha seperti platform penjualan suku cadang tokoparts.com, platform penjualan mobil bekas mobilku.com dan persewaan kendaraan.
Market cap PMJS sebesar Rp2,214 triliun dengan harga saham Rp 161,- per lembar pada kuartal-III 2024. PMJS mempunyai 13.755.600.000 lembar saham yang terdaftar di Bursa. Pada kuartal-III 2024, asset PMJS turun 0,40% menjadi Rp4,565 triliun hal ini disebabkan penurunan liabilty 7,89% menjadi Rp1,429 triliun dari Rp1,552 triliun dan equity sebesar Rp2,628 triliun (naik 3,52%). Cash PMJS sebesar Rp976,74 miliar.
Pada kuartal-III 2024 revenue PMJS turun 12,87% dari Rp7,965 triliun menjadi Rp6,940 triliun. Hal ini dikarenakan penurunan penjualan kendaraan sebesar 14,01%. Meskipun terdapat kenaikan pendapatan pada penjualan suku cadang sebesar 1,64%, kenaikan sewa kendaraan 27,8%, kenaikan pendapatan layanan service kendaraan 13,10% tetapi bobotnya kecil. Penurunan pendapatan inilah yang menyebabkan nett profit PMJS turun 44,47% pada kuartal-III 2024 dari Rp160,80 miliar menjadi Rp89,29 miliar.
Pemilik market cap terbesar kelima yaitu ASLC, perusahaan dengan nama lengkap PT Autopedia Sukses Lestari Tbk mempunyai lini bisnis penjualan mobil bekas dengan brand Caroline, lelang kendaraan bekas lewat JBA Indonesia, dan jasa gadai kendaraan melalui PT Autopedia Sukses Gadai. Market Cap ASLC pada kuartal-III 2024 sebesar Rp1,274 triliun dengan harga saham per lembar Rp 100,-. ASLC mempunyai 12.746.354.780 lembar saham yang terdaftar di Bursa.
Pada kuartal-III 2024 asset ASLC naik 6,79% dari Rp846,58 miliar menjadi Rp904,05 miliar. Hal ini disebabkan kenaikan equity 5,89% yaitu Rp733,33 miliar dan kenaikan liability 10,01% menjadi Rp155,91 miliar. Cash ASLC sebesar Rp71.89 miliar. Pada kuartal-III 2024 revenue ASLC tumbuh 36,31% dari Rp453,49 miliar naik menjadi Rp618,18 miliar. Pertumbuhan revenue ini disebabkan pertumbuhan revenue jasa lelang kendaraan 37,61%, pertumbuhan jasa gadai kendaraan 4061,24% dan pertumbuhan pendapatan penjualan kendaraan bekas 34,96%. Gross Profit Margin ASLC juga terbesar diantara emiten retail otomotif yang lain yaitu 32,51%. Hal inilah yang menyebabkan nett profit ASLC naik 372,12% dari Rp8.63 miliar menjadi Rp40,78 miliar.
Emiten retail otomotif terakhir yaitu CARS. Perusahaan dengan nama lengkap PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk ini mempunyai lini bisnis jaringan dealer Nasmoco dengan penjualan kendaraan merk Toyota. CARS mempunyai market cap Rp1,245 triliun dengan harga saham Rp 83,- per lembar. CARS mempunyai 15.000.000.000 lembar saham yang terdaftar di Bursa. Asset CARS turun 6,25% pada kuartal-III 2024 dari Rp3,86 triliun menjadi Rp3,62 triliun, hal ini dikarenakan penurunan liability 13,05% menjadi Rp2,60 triliun dan kenaikan equity 22,50% menjadi Rp738,53 miliar. Cash CARS sendiri sebesar Rp363,51 miliar. Revenue CARS sendiri turun tipis pada kuartal-III 2024 yaitu Rp4,55 triliun (turun 0,93%) hal ini terimbas dari penurunan penjualan kendaraan. Nett profit CARS juga mengalami penurunan 0,50% dari Rp136,31 miliar menjadi Rp135,62 miliar.
Ditengah kondisi penurunan daya beli masyarakat, sampai kuartal-III 2024 berimbas pada penurunan revenue emiten retail otomotif dengan bisnis utama penjualan kendaraan baru seperti CARS, PMJS, BOGA, dan IMAS. Meskipun penurunan revenue tersebut bervariasi. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk emiten yang bisnis utamanya penjulan kendaraan bekas dan sepeda motor, dimana emiten ASLC dan MPMX mengalami kenaikan revenue yang signifikan. Hal ini cukup menarik bagaimana pola masyarakat memenuhi kebutuhan dan belanja mereka. Hal ini pula yang membuktikan bahwa Indonesia masih pasar favorit otomotif. Ciao!
Related News
Dampak Medsos dalam Mendorong Minat Masyarakat Terhadap Investasi
Perspektif Analis: Memanfaatkan Tren Investasi Global 2025
Tekstil Ilegal, Bagaimana Bea Cukai dan Industri Lokal Bersinergi?
Bulan Baik dan Bulan Buruk dalam Berinvestasi Saham, Memang Ada?
Menyelam Sambil Minum Air dengan Fasilitas Pinjam Meminjam Efek (PME)
Strategi Jitu Berinvestasi Saham Saat PPN Jadi 12 Persen