EmitenNews.com - Dengan visi untuk pulih bersama, Indonesia sebagai Presidensi G20 kembali menekankan pentingnya penguatan arsitektur dan ketahanan sistem keuangan internasional. Terlebih lagi di tengah peningkatan berbagai risiko global.


Isu penguatan sistem keuangan internasional itu mengemuka dalam pertemuan keempat G20 International Financial Architecture Working Group (IFAWG) yang diselenggarakan oleh Presidensi G20 Indonesia, diwakili oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan secara daring dan luring pada 16-17 Juni 2022 di Bali.


IFAWG yang terdiri atas 4 sesi ini membahas tema “Promoting Development Financing, MDBs Capital Adequacy Framework, Strengthening Financial Resilience, Promoting Diversified Currency in Trade and Finance, dan Strengthening Monitoring of Capital Flows". IFAWG merupakan tim kerja G20 yang berfokus untuk memperkuat sistem keuangan global, termasuk dukungan bagi negara berpenghasilan rendah dan rentan.


"Secara umum, negara-negara G20 menegaskan komitmen untuk memperkuat sistem keuangan internasional. Hal ini diperlukan untuk mendukung pemulihan ekonomi di tengah dinamika perekonomian global, termasuk kondisi geopolitik yang berimplikasi pada kenaikan harga-harga komoditas dan energy serta pengetatan likuiditas global," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam siaran persnya.


Di samping itu, negara-negara G20 mendiskusikan upaya untuk memperkuat dukungan bagi negara miskin dan rentan, terutama dalam mengatasi pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi guna dapat tumbuh secara berkelanjutan dan inklusif.


Dalam kaitan tersebut, negara-negara G20 mendorong peningkatan kerja sama dan sinergi antar mitra pembangunan (Multilateral Development Banks) dan lembaga keuangan internasional seperti World Bank, Asian Development Bank, IMF dan OECD guna memastikan ketahanan perekonomian global dan memastikan complementarity dari berbagai program ataupun rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada negara-negara yang membutuhkan.


Kegiatan tersebut merupakan pertemuan keempat dari total lima rangkaian IFAWG yang direncanakan pada tahun 2022 di bawah Presidensi G20 Indonesia. Selanjutnya hasil pembahasan IFAWG tersebut akan dilaporkan untuk mendapatkan arahan lebih lanjut dari Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 pada pertemuan FMCBG 15-16 Juli 2022 mendatang di Bali.


Selain pertemuan kelompok kerja, diselenggarakan pula seminar IFAWG mengenai pemanfaatan Central Bank Digital Currency (CBDC) termasuk peluang dan tantangannya terhadap makroekonomi-keuangan dan sistem moneter internasional.


Seminar bertajuk “The Macro-Financial Implications of CBDC" menghadirkan narasumber dari bank sentral, organisasi internasional, dan akademisi untuk membahas respon kebijakan dan opsi desain yang dapat memaksimalkan manfaat CBDC.


Seminar tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman anggota G20 atas perkembangan teknologi di sektor keuangan, khususnya CBDC, dan implikasi yang perlu menjadi perhatian otoritas, diantaranya terkait efektivitas kebijakan moneter, efek rambatan dan juga aliran modal. Pembahasan tersebut memperhalus jalan bagi pertemuan IFAWG kelima September mendatang yang akan membahas mengenai CBDC.(fj)