EmitenNews.com - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan PT Adhi Commuter Properti (ADCP), dan obligasi I Tahun 2021 dengan peringkat idBBB. Saat bersamaan, Pefindo juga memberikan peringkat idBBB obligasi II Tahun 2022 senilai Rp495 miliar. Hasil penerbitan obligasi itu, sekitar 71 persen untuk pelunasan sebagian pokok obligasi I seri A edisi 2021, dan 29 persen untuk pelunasan sebagian pinjaman pemegang saham Adhi Karya (ADHI). 


”Kami mempertahankan prospek peringkat perusahaan negatif untuk mengantisipasi penurunan tingkat dukungan dari Adhi Karya sebagai konsekuensi dari kegiatan IPO Adhi Commuter Properti pada Februari 2022,” tutur Aryo Perbongso, Analys Pefindo.


Meski Adhi Karya tetap sebagai pemegang saham pengendali pasca-IPO dengan 90 persen saham, namun penurunan porsi kepemilikan saham di Adhi Commuter, dan masuknya pemegang saham baru dapat membatasi fleksibilitas Adhi Karya dalam melanjutkan dukungan keuangan, terutama fasilitas pinjaman pemegang saham kepada Adhi Commuter. 


Kalau ternyata Adhi Commuter tidak dapat lagi menikmati fasilitas pinjaman pemegang saham tersebut, Adhi Commuter akan menghadapi risiko pembiayaan kembali atas surat utang yang akan jatuh tempo. Di mana, fasilitas pinjaman pemegang saham tersebut merupakan salah satu opsi untuk melunasi kewajiban keuangan. ”Kami juga mengantisipasi struktur permodalan lebih agresif ke depan karena perseroan berencana mengeluarkan belanja modal (capex) cukup besar dalam waktu dekat dibiayai pendanaan eksternal,” tegasnya. 


Obligor berperingkat idBBB memiliki kemampuan memadai dibanding obligor Indonesia untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang. Kendati demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh perubahan buruk keadaan, dan kondisi ekonomi. Rating itu, mencerminkan dukungan kuat Adi Karya, captive market komuter Light Rail Transit (LRT) dengan konsep transit-oriented development (TOD), dan kualitas aset baik. 


Peringkat itu, dibatasi struktur permodalan agresif, proteksi arus kas lemah, pendapatan berulang terbatas, dan kerentanan terhadap perubahan kondisi makroekonomi. Peringkat dapat dikerek kalau kemungkinan dukungan induk melemah dalam waktu dekat, ditunjukkan dengan dukungan induk menipis, termasuk namun tidak terbatas pada penarikan fasilitas pinjaman pemegang saham dapat meningkatkan risiko pembiayaan kembali. 


Peringkat juga dapat dilorot kalau Adhi Commuter membukukan utang lebih besar dibanding proyeksi. Kalau pendapatan dan/atau EBITDA lebih rendah dari ekspektasi, karena tingkat penjualan rendah, perkembangan konstruksi tertunda, dan/atau biaya lebih tinggi dari prediksi, mengakibatkan struktur permodalan lebih agresif, dan proteksi arus kas lebih lemah. 


Di sisi lain, prospek dapat direvisi menjadi stabil kalau Adhi Karya dapat menunjukkan tingkat dukungan stabil atau bahkan lebih kuat kepada Adhi Commuter dalam jangka pendek hingga menengah, atau kalau Adhi Commuter meningkatkan posisi bisnis secara substansial dengan melampaui target pendapatan, EBITDA, diikuti penguatan struktur permodalan, dan proteksi arus kas secara berkelanjutan. 


Berdiri pada 9 Maret 2018 sebagai anak usaha Adhi Karya, Adhi Commuter pengembang khusus produk properti berkonsep TOD. Perseroan menjual apartemen, gedung perkantoran, rumah tapak, dan menghasilkan pendapatan recurring dari hotel-hotel bermerek GranDhika di Jakarta, Semarang, dan Medan. Proyek utama perusahaan saat ini meliputi LRT City Bekasi (EG), LRT City Bekasi (GA), LRT City Jatibening, LRT City Sentul, LRT City MTH, LRT City Tebet, LRT City Ciracas, Cisauk Point, Grand Central Bogor, Oase Park, dan ADHI CITY Sentul. (*)