EmitenNews.com - Wijaya Karya (WIKA) mendapat persetujuan standstill 12 dari total 15 lenders perbankan. Hanya, perseroan belum bisa mengungkap pokok-pokok persetujuan macam nilai, dan rincian kreditur dalam rencana tersebut. Pasalnya, masih dalam tahap negosiasi pada masing-masing lenders. 


Nanti kalau terjadi finalisasi, kesepakatan itu akan tertuang pada Master Restructuring Agreement (MRA). Selanjutnya, perseroan mengajukan usulan skema pembayaran utang dengan prioritas kebutuhan pendanaan untuk modal kerja operasional, dan fokus pada perbaikan kondisi sebagai penerapan solusi restrukturisasi jangka panjang dengan para kreditur perbankan. ”Namun, skema secara final baru dapat disampaikan apabila sudah dilakukan teken MRA,” tegas Mahendra Vijaya, Corsec Wijaya karya.  


Tidak mudah untuk memperoleh persetujuan standstill karena masing-masing kreditur memiliki syarat perjanjian tersendiri, dan ada perbedaan prosedur pada proses persetujuan standstill. Saat ini, perseroan terus melakukan diskusi dengan para kreditur untuk memperoleh persetujuan standstill. Sejumlah kreditur telah menyampaikan pendapat untuk langsung melakukan proses restrukturisasi melalui MRA. ”Jadi, target finalisasi MRA dapat dilakukan bersama dengan seluruh kreditur,” imbuhnya.


Perseroan menyodorkan 8 skema penyehatan keuangan. Salah satunya perbaikan portofolio order book untuk mengurangi defisit kas. Pembayaran kepada pemasok perseroan lebih besar dari penerimaan pelanggan termasuk kebutuhan biaya usaha, dan pembayaran pajak. Itu karena perseroan belum menerima pembayaran penuh dari para pemberi kerja terdampak pandemi Covid-19, dan beberapa pemberi kerja dalam proses financial closing sementara pekerjaan sudah diselesaikan oleh perseroan.


Lalu, ada beban bunga ditanggung perseroan untuk modal kerja dengan penerimaan termin belum sepenuhnya masuk, dan kebutuhan pendanaan untuk proyek investasi jangka panjang didanai dengan pinjaman. Dan, ada kebutuhan untuk membiayai proyek investasi masih berjalan agar dapat diselesaikan, sehingga dapat dilakukan asset recycling atas proyek tersebut. 


Sebagai salah satu bentuk metode penyehatan perusahaan, saat ini perseroan terus melakukan upaya refocusing pada bisnis berbasis proyek (tanpa melakukan investasi baru) dengan cara mengutamakan perolehan proyek-proyek dengan pola pembayaran rutin bulanan dengan uang muka serta melalui mekanisme seleksi four eyes principles sebagai bentuk seleksi terhadap project owner. Secara total 92 persen portofolio dari seluruh order book perseroan saat ini merupakan proyek dari pemberi kerja eksternal, sehingga mampu menghasilkan penerimaan termin baru bagi perseroan. 


Sesuai catatan dalam monitoring perusahaan, hingga Oktober 2023 terdapat lebih dari 65 persen proyek merupakan proyek-proyek Pemerintah dan BUMN dengan pola pembayaran rutin bulanan. Itu meningkat signifikan dibandingkan tahun 2019 dengan proyek Pemerintah dan BUMN hanya 29 persen. Dengan model pembayaran itu, perseroan mengupayakan pengelolaan arus kas dapat dilakukan secara mandiri di setiap proyek tersebut, dan meminimalisasi defisit pada arus kas di proyek. (*)