EmitenNews.com - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat PT Waskita Karya (WSKT), Obligasi Berkelanjutan III, dan Obligasi Berkelanjutan IV dengan idBBB. Lalu, menegaskan peringkat obligasi III 2021 idAAA(gg). 


Saat bersamaan, Pefindo juga menegaskan peringkat Obligasi Berkelanjutan II 2017 seri B akan jatuh tempo pada 22 Februari 2022 sejumlah Rp910 miliar idBBB. ”Kami berharap Waskita Karya melunasi obligasi akan jatuh tempo itu, menggunakan kas internal dari pembayaran proyek konstruksi, dan hasil divestasi,” tutur Yogie Surya Perdana, Analyst Pefindo. 


Prospek peringkat Waskita Karya direvisi menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Itu untuk mengantisipasi eskalasi risiko pembiayaan kembali dari obligasi akan jatuh tempo pada Mei, dan Oktober Rp2,1 triliun. Awalnya, Waskita Karya berencana membiayai kembali seluruh obligasi jatuh tempo pada 2022 menggunakan dana dari rencana aksi korporasi, tetapi rencana itu, masih dalam proses sehingga realisasi penyelesaian rencana aksi korporasi berada di luar batas waktu yang diharapkan. 


Perubahan prospek juga mencerminkan risiko pelaksanaan rencana aksi korporasi karena bergantung pada selera dan kondisi pasar, dapat makin menantang bagi Waskita Karya dalam kaitannya dengan situasi gagal bayar salah satu anak usahanya yaitu Waskita Beton Precast (WSBP) baru-baru ini, sebagai akibat dari penetapan masa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sementara. 


Obligor berperingkat idBBB memiliki kemampuan memadai untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang. Meski begitu, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh perubahan buruk keadaan, dan kondisi ekonomi. Efek utang berstatus idAAA, peringkat tertinggi yang diberikan Pefindo. Kemampuan emiten memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut superior. Akhiran (gg) pada suatu peringkat menunjukkan adanya pertimbangan keamanan dalam bentuk garansi dari pemerintah. 


Peringkat Waskita Karya mencerminkan peran penting perseroan kepada pemerintah, posisi pasar kuat sektor konstruksi, dan keuntungan sebagai perusahaan konstruksi milik negara. Namun, peringkat dibatasi profil likuiditas lemah, leverage keuangan tinggi, dan lingkungan bisnis cukup fluktuatif pada industri konstruksi. 


Peringkat dapat diturunkan kalau terjadi penurunan dukungan pemerintah. Akses jauh lebih lemah ke sumber pendanaan eksternal, terutama dengan bank-bank milik pemerintah, juga dapat menurunkan peringkat karena akan mengurangi kemampuan dalam menjalankan kegiatan operasional, sehingga berpotensi menyebabkan tertundanya penyelesaian proyek, dan mengakibatkan pada profitabilitas lebih rendah. Akses lebih lemah ke pendanaan eksternal juga akan membuat WSKT menghadapi risiko likuiditas, dan pembiayaan kembali lebih tinggi. 


Peringkat juga dapat diturunkan jika terjadi penurunan dalam pencapaian kontrak baru substansial, berdampak pada visibilitas pendapatan Waskita Karya tidak memadai. ”Kami dapat merevisi outlook menjadi stabil kalau ada kemajuan signifikan pada rencana aksi korporasi, mengurangi risiko pembiayaan kembali, meningkatkan profil pendanaan, dan likuiditas Waskita Karya,” tegas Yogie. 


Bisnis utama Waskita menyediakan pekerjaan konstruksi,  berkontribusi 87 persen terhadap total pendapatan per 30 September 2021. Usaha lain meliputi beton pracetak, jalan tol, properti, dan energi. Perusahaan memiliki jaringan pemasaran luas dengan 10 kantor cabang dalam negeri, dan tiga kantor cabang luar negeri. Pemegang saham pada 31 Januari 2022 terdiri dari Pemerintah Indonesia dengan kepemilikan 75,35 persen, dan sisa 24,65 persen milik publik. (*)