EmitenNews.com -Credit Rating Agency yang terafiliasi dengan Bursa Efek Indonesia, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah melakukan evaluasi pada penilaian peringkat perusahaan, obligasi berkelanjutan dan sukuk mudharabah berkelanjutan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Hasilnya, Pefindo menurunkan peringkat WIKA menjadi idCCC dengan kategori Credit Watch dari sebelumnya idBBB dengan kategori Negative Outlook.

“Tindakan pemeringkatan ini terkait dengan keterbukaan informasi tanggal 4 Desember 2023 di mana WIKA belum memperoleh persetujuan dari pemegang Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I tahap 1/2020 seri A senilai Rp 184 miliar yang akan jatuh tempo pada tanggal 18 Desember 2023,” kata Corporate Secretary Wijaya Karya Mahendra Vijaya dalam keterangan resminya kepada bursa, Minggu (17/12/2023).

Pefindo dalam rilisnya juga menyampaikan bahwa dapat meninjau kembali peringkat dan prospek dari Credit Watch dengan Implikasi Negatif jika WIKA mampu melunasi jatuh tempo Sukuk tersebut kembali.

Dua surat utang tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan.

Jumlah pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 sebesar Rp 500 miliar, yang terdiri 3 seri.

Pertama, Sukuk Seri A yang berjangka waktu tiga tahun terhitung sejak tanggal 18 Desember 2020 (Tanggal Emisi), dalam jumlah sebesar Rp 184 miliar. Kedua, Sukuk Seri B berjangka waktu lima tahun terhitung sejak Tanggal Emisi, dalam jumlah sebesar Rp 159 miliar.

Ketiga, Sukuk Seri C berjangka waktu tujuh tahun terhitung sejak Tanggal Emisi, dalam jumlah sebesar Rp 157 miliar.

Permintaan penundaan pembayaran pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A selama dua tahun itu dilakukan melalui RUPSU yang digelar dua kali, yaitu tanggal 20 Oktober 2023 dan 30 November 2023.

Saham emiten BUMN Karya ini bergerak liar selama dua hari terakhir di pekan lalu. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham WIKA sempat terbang 24,10 persen pada Kamis (14/12/2023). Lonjakan tersebut tampaknya berkaitan dengan aksi spekulasi buy the dip (membeli saham saat koreksi).

Maklum, saham WIKA sempat ambles 8 hari beruntun, selama 4-13 Desember lalu. Total penurunannya pun fantastis, yaitu minus 49,22 persen.

Saham WIKA sempat terbang tinggi 14,18 persen di awal perdagangan Jumat (15/12), tetapi turun ke bawah hingga ditutup minus 0,83 persen di akhir sesi II.

Sejak awal tahun (year to date/YtD), saham WIKA anjlok 70,00 persen, sedangkan dalam 5 tahun terakhir terjun bebas 84,76 persen.

Penurunan tajam saham WIKA terjadi seiring perusahaan menelan rugi bersih Rp5,84 triliun selama 9 bulan 2023 atau kuartal III-2023, meningkat tajam dari rugi periode sebelumnya yang hanya Rp27,96 miliar.

Selain itu, investor tampaknya mengantisipasi penundaan pembayaran pokok sukuk WIKA dan aksi pangkas rating oleh lembaga pemeringkat efek PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).