EmitenNews.com - Indonesia memantapkan diri sebagai pemain global dalam industri baterai listrik. Pemerintah RI secara resmi membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC), yang persiapannya sudah dilakukan sejak tahun lalu. Pendirian IBC di tengah pandemi Covid-19, mempercepat proses transformasi ke arah industri baterai listrik, yang secara langsung menunjukkan kemajuan Indonesia di kancah internasional.

 

Dalam jumpa pers, Jumat (26/3/2021), Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengungkapkan, pembentukan IBC menjadi bukti, kalau kompak kita pasti bisa. Ia menguraikan Indonesia memperoleh anugerah luar biasa dengan adanya kekayaan nikel, sampai 24 persen cadangan dunia. Dengan adanya EV (Electric Vehicle) battery membuat Indonesia lebih bersahabat dengan alam, lingkungan hidup, ekonomi hijau.

 

Tidak kalah pentingnya, dengan pembentukan industri baterai listrik itu, sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk memanfaatkan kekuatan Indonesia sendiri. Erick menambahkan, Presiden Jokowi pernah menyampaikan Indonesia telat masuk dalam  industri kayu di era 1980-an. Demikian pula pada era 1970-an, kita telat masuk dalam industri minyak, dan gas bumi.

 

"Kini, Alhamdulillah kita manfaatkan momentum penting ketika perubahan inovasi EV battery ini, berbasis nikel, kita ambil langkah berani tidak mau kalah dengan negara besar lain RRT (Republik Rakyat Tiongkok), Amerika Serikat dan Korea. Kita jadi pemain global," kata Menteri BUMN Erick Thohir.

 

Pemerintah merancang kerja sama saling menguntungkan dalam pembentukan IBC sebagai holding baterai listrik. Akan dilakukan sinergis dengan beberapa perusahaan sebagai partner positif. Perusahaan holding ini nantinya terdiri atasi empat perusahaan BUMN: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)/Inalum atau MIND-ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

 

Dalam forum BUMN Media Talk, EV Battery: Masa Depan Ekonomi Indonesia secara daring, Selasa (2/2/2021), Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan nantinya IBC menjadi satu perusahaan bekerja sama dengan para calon mitra. Jadi, satu perusahaan bisa melakukan penandatanganan joint venture dengan para calon mitra. Menurut mantan Dirut Bank BTN ini, rantai pasok dari industri baterai ini sangat panjang, mulai dari pertambangan, smelter, pembuatan pabrik prekursor, dan lainnya.

 

"Nah memayungi semua value chain itu Indonesia Battery Corporation (Indonesia Battery Holding) ini. Dimiliki empat perusahaan, MIND ID, Antam, PLN, dan Pertamina. Kita selalu sampaikan kita harus terintegrasi," katanya.

 

Pahala menjelaskan, di sisi hulu ada Antam, MIND ID, dan di hilir ada Pertamina dan PLN. Holding yang sudah dibentuk,i bisa melakukan kerja sama dengan calon mitra potensial, antara laini dari China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara Eropa. Negara-negara itu, kata dia, para pemain global yang memiliki modal, teknologi, dan jaringan pasar. Dengan begitu, apa yang diproduksi di masing-masing bagian dari value chain produk EV atau kendaraan listrik, maupun baterai akan dikerjasamakan.

 

Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (1/2/2021), Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Agus Tjahajana Wirakusumah mengungkapkan, empat BUMN tersebut mendapatkan persentase kepemilikan saham yang sama. Porsi kepemilikan saham masing-masing BUMN pada konsorsium IBC sebesar 25 persen. Dengan begitu ada jaminan netralitas dan akuntabilitas, selain mendorong sinergi dan penyelarasan sepanjang ekosistem EV baterai." ***