EmitenNews.com - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat seiring menurunnya data penjualan perumahan di Amerika Serikat (AS).


Pada pukul 10.24 WIB rupiah menguat 96 poin atau 0,62 persen ke posisi Rp15.170 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.266 per dolar AS.


"Semalam dolar AS terlihat melemah terhadap major currency karena data perumahannya (pending home sales) bulan Agustus, mengalami penurunan 2 persen. Sehingga pasar berekspektasi ekonomi AS mulai melemah," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis..


Data yang lebih tinggi dari ekspektasi dapat dianggap sebagai positif atau optimis untuk dolar AS, sedangkan data lebih rendah dari ekspektasi dapat dianggap sebagai negatif atau pesimis untuk dolar AS.


"Meskipun rupiah terlihat menguat pagi ini, tapi efek dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS masih berpotensi menekan rupiah lagi ke depannya," ujar Ariston.


Bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) yang memimpin perjuangan global melawan lonjakan inflasi, berubah menjadi lebih agresif baru-baru ini dengan memberi sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut.


Pesan itu diperkuat semalam oleh Presiden The Fed Chicago Charles Evans, Presiden The Fed St Louis James Bullard dan Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari, dengan Evans mengatakan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga ke kisaran antara 4,5 persen dan 4,75 persen .


Sebelumnya The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) lagi pada pertemuan September ini dan merupakan ketiga kalinya secara berturut-turut.


Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp15.200 per dolar AS hingga Rp15.300 per dolar AS.(fj)