EmitenNews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia tidak boleh kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah dari sumber daya alam, khususnya nikel yang menjadi bahan baku baterai energi di masa depan. Karena itu ia menegaskan untuk tidak ada lagi ekspor bahan mentah berupa kekayaan alam.


Dalam pengarahannya kepada peserta Program PPRA LXII dan PPSA XXIII 2021 Lembaga Ketahanan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/10), Presiden mengisaratkan bahwa mobil listrik dari Indonesia akan bermunculan pada 2 -3 tahun mendatang atau 2023-2024. Karena hilirisasi nikel di dalam negeri yang menghasilkan katoda baterai, besi antikarat dan juga baterai litium akan dilakukan.


"Bapak-Ibu bisa lihat, tiga tahun lagi, 2-3 tahun lagi, yang namanya mobil listrik bermunculan dari negara kita," tandasnya.

Presiden mengungkapkan dirinya sudah memerintahkan tidak ada lagi ekspor nikel dalam bentuk mentah. Nikel merupakan komoditas bahan baku yang dapat diolah menjadi katoda baterai, besi antikarat dan juga baterai litium, yang merupakan komponen penting dalam struktur industri otomotif, termasuk manufaktur mobil listrik.


Presiden menekankan Indonesia tidak boleh kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah dari nikel, termasuk juga dari sumber daya alam lainnya seperti bauksit dan tembaga.


"Jangan ekspor lagi yang namanya nikel dalam bentuk raw material, bahan mentah. Setop ekspor bahan mentah," ujar Jokowi.


Presiden memastikan industri nikel akan diintegrasikan dengan industri otomotif dalam negeri. Integrasi lintas industri itu akan turut memanfaatkan momentum baru di industri otomotif dunia yakni pengembangan mobil listrik.


"Nanti diintegrasikan dengan industri otomotif yang kita miliki karena kesempatan yang ada ke depan mobil listrik. Jangan lagi kehilangan kesempatan, jangan lagi ekspor lagi nikel dalam raw material," ujar Presiden Jokowi.


Semua komoditas sumber daya alam Indonesia, kata Presiden, harus mengalami proses hilirisasi untuk menghasilkan nilai tambah.


Presiden akan meminta BUMN dan swasta, serta investor yang akan masuk ke dalam negeri untuk mendirikan industri di Indonesia, bukan hanya mengambil sumber daya alam mentah.


"Entah itu, kerja sama BUMN dengan swasta luar, atau swasta sendiri (domestik), tapi yang jelas nilai tambah itu ada di dalam negeri," kata Presiden.(fj)