EmitenNews.com - Produk minuman asal Bali mendapat tempat di dunia internasional. Produsen minuman asal Kabupaten Buleleng, Bali, Lovina Beach Brewery memperluas pangsa pasar ekspor untuk minuman dalam kemasan alkohol dan nonalkohol hingga whisky, yang seluruhnya menggunakan bahan baku yang tumbuh di Pulau Dewata.

"Dengan membawa DNA Bali, kami mengembangkan standar internasional untuk gaya hidup modern," kata Direktur Utama Lovina Beach Brewery Bona Budhisurya di Petitenget, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (27/12/2025).

Bahan baku yang digunakan untuk tiga varian minuman kemasan Coco Bali di antaranya buah tropis seperti salak gula pasir, kelapa kopyor dan agave dengan pilihan kandungan alkohol 4,9 persen dan nonalkohol tanpa gula.

Penting diketahui bawah Agave merupakan tanaman khas Meksiko yang dikenal sebagai bahan Tequila, minuman khas negara tersebut, yang ternyata bisa tumbuh di tanah Bali karena bisa hidup pada lahan berpasir dan berkapur.

Menurut Bona Budhisurya pihaknya menanam sekitar satu hektare perkebunan agave di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Yang dilakukannya itu, sekaligus sebagai perkebunan agave baru pertama di Indonesia yang akhirnya masuk data Museum Rekor Indonesia (MURI).

Saat ini, Lovina Beach Brewery berencana mengembangkan 11 hektare untuk perkebunan agave di pulau wisata itu yang akan memberdayakan petani setempat.

Saat panen, satu pina agave atau jantung agave yang mirip nanas itu dapat menghasilkan sekitar delapan liter bahan baku mentah untuk diproses lebih lanjut di antaranya fermentasi hingga distilasi.

Pabrik pengolahan minuman tersebut, berlokasi di Desa Banyuning, Singaraja, Kabupaten Buleleng.

Selain tiga varian minuman dalam kemasan, ada juga minuman beralkohol premium khusus untuk perempuan dan whisky.

Produk whisky tersebut berkolaborasi dengan Museum Van Gogh di Belanda untuk edisi terbatas yang hanya diproduksi 1.900 botol di pasar global.

Bona mengungkapkan, minuman dengan agave belum banyak sehingga tantangannya mengenalkan rasa baru. Saat ini belum ada minuman diproduksi dengan kelapa kopyor, agave dan salak gula pasir.

Meski begitu, Bona Budhisurya merambah sejumlah pangsa pasar global, seperti Jepang, China, Singapura hingga Amerika Serikat. 

Terjadi peningkatan penerimaan cukai minuman beralkohol di Bali didorong oleh peningkatan produksi MMEA secara tahunan

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat penerimaan cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) di Bali mencapai Rp511,1 miliar selama semester I 2025. Terjadi peningkatan penerimaan cukai minuman beralkohol didorong oleh peningkatan produksi MMEA secara tahunan mencapai 6,6 persen hingga Juni 2025.

"Capaian itu naik 6,47 persen dibandingkan periode sama 2024 yang mencapai Rp480,1 miliar," kata Kepala Perwakilan Kemenkeu Bali Darmawan di Denpasar, Bali, Selasa (19/8/2025).

Porsi produksi minuman alkohol itu yaitu sebesar 19,75 persen adalah MMEA golongan A dengan kadar alkohol hingga lima persen. Kemudian sebanyak 26,48 persen golongan B dengan kadar 5-20 persen, dan 53,76 persen alkohol golongan C dengan kadar alkohol 20-45 persen.

Data yang ada menunjukkan, dengan capaian Rp511,1 miliar cukai alkohol itu berkontribusi paling besar untuk realisasi semester I 2025 untuk sektor cukai sebesar Rp521,41 miliar.